Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Konstantina, Ibukota Kebudayaan Arab

Konstantina dijuluki “Kota Jembatan Gantung” yang megah, merupakan permata tersembunyi di Aljazair yang menawarkan perpaduan unik antara sejarah, budaya, dan keindahan alam. Didirikan pada abad ke-3 SM oleh Raja Numidia, Massinissa, kota ini telah menjadi saksi bisu berbagai peradaban, meninggalkan jejak sejarah yang kaya dan beragam.

Konstantina ditetapkan sebagai Ibu Kota Kebudayaan Arab pada tahun 2015. Gelar bergengsi ini diberikan setiap tahun oleh Organisasi Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Liga Arab (ALECSO) kepada sebuah kota di dunia Arab yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap budaya Arab.

Sepanjang tahun 2015 sebagai Ibu Kota Kebudayaan Arab, Konstantina menyelenggarakan berbagai acara dan program untuk merayakan budaya Arab, antara lain:

Pameran: menampilkan kekayaan warisan budaya dunia Arab, termasuk seni, musik, sastra, dan sinema.
Konferensi dan seminar: mempertemukan para ahli dari seluruh dunia Arab untuk membahas isu-isu penting terkait budaya Arab.
Festival dan pertunjukan: menampilkan musik, tari,dan teater Arab tradisional dan kontemporer.
Program pendidikan: memberi kesempatan bagi masyarakat segala usia untuk belajar lebih banyak tentang budaya Arab.

Konstantina pernah diduduki oleh berbagai kekuatan dunia: Berber, Romawi, Bizantium, Arab, dan Ottoman, masing-masing meninggalkan jejak budaya dan arsitekturnya yang khas. Kota ini terkenal dengan peran pentingnya dalam sejarah Islam, menjadi pusat peradaban Islam di Afrika Utara selama berabad-abad.

Salah satu landmark paling terkenal di Konstantina adalah Jembatan Gantung Sidi M’Cid, yang menghubungkan dua sisi kota yang dipisahkan oleh jurang yang dalam. Dibangun pada tahun 1912, jembatan ini merupakan contoh arsitektur yang mengesankan dan menjadi simbol ikonik kota.

Konstantina menawarkan berbagai atraksi budaya dan arsitektur yang menarik bagi wisatawan. Pengunjung dapat menjelajahi Kasbah kuno, masjid-masjid bersejarah, dan museum yang menyimpan koleksi artefak yang tak ternilai. Arsitektur Ottoman dan Moor yang indah menghiasi kota, memberikan nuansa magis dan eksotis.

Konstantina dikelilingi oleh pemandangan alam yang menakjubkan, termasuk pegunungan yang megah, lembah yang subur, dan sungai yang mengalir deras. Pengunjung dapat menikmati berbagai kegiatan alam, seperti hiking, trekking, dan piknik, di taman nasional dan hutan yang mengelilingi kota.

Meski tidak termasuk dalam Heritage List UNESCO, Konstntina adalah sebuah kota pusaka,yang memiliki beragam karakteristik::

Kota yang terukir dalam waktu: Konstantina, yang dijuluki “Kota Jembatan”, terletak di atas dataran tinggi berbatu seperti mahkota, menghadap ke ngarai sungai Rhummel. Didirikan pada abad ke-3 SM, kota ini menjadi saksi peradaban yang tak terhitung jumlahnya, masing-masing meninggalkan jejaknya. Dari Raja Numidian hingga Romawi, Bizantium, Arab, dan Ottoman, pengaruh mereka tercermin dalam arsitektur, perencanaan kota, dan tradisi budayanya.

Pusaka dalam labirin: Berjalan-jalan di Konstantina seperti melangkah mundur ke masa lalu. Kasbah kuno, sebuah benteng yang terletak di atas tebing, menaungi rumah-rumah tradisional yang menempel di gang-gang sempit. Istana-istana megah Ottoman menghiasi lanskap kota, sementara reruntuhan Romawi membisikkan kisah-kisah kerajaan yang terlupakan. Masjid dengan menara penuh hiasan berdiri di samping pasar-pasar ramai yang dipenuhi kerajinan dan aroma lokal. Setiap sudut mengungkap harta karun, setiap batu menggemakan babak berbeda dalam kisah kota.

Jembatan Budaya: Jembatan gantung ikonik Konstantina, jembatan Sidi M’Cid, bukan hanya sebuah maha karya teknik. Ia melambangkan peran kota sebagai persimpangan budaya. Jembatan ini menghubungkan beragam lingkungan, masing-masing memiliki karakter dan tradisi berbeda. Pengaruh Berber, Arab, dan Ottoman berpadu sempurna, menciptakan permadani adat istiadat, bahasa, dan musik yang unik.

Pusaka yang hidup: Selain berbagai monumen fisik, pusaka Konstantina yang sebenarnya eksis pada masyarakatnya. Sanggar pengrajin menjaga berbagai kerajinan kuno tetap hidup, mulai dari tenun permadani hingga kerajinan logam. Musik sufi menyapu alun-alun kota, membawa melodi yang berusia berabad-abad. Upacara minum teh tradisional menawarkan cita rasa keramahtamahan masyarakat setempat, sementara kisah tutur yang diwariskan dari generasi ke generasi memberi gambaran yang jelas tentang masa lalu kota yang semarak.

Konstantina mungkin tidak resmi menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, namun sejarahnya yang kaya, arsitektur menawan, dan beragam permadani budaya menjadikannya permata tersembunyi bagi para penggemar pusaka budaya. Ini adalah kota di mana waktu seolah berhenti, menawarkan jendela unik ke jantung budaya Aljazair.

Sumber: UNESCO, ALECSO, Google Arts & Culture, Capital of Arab Culture 2015,

 

 

Leave a Comment

https://indonesiaheritage-cities.org/