Pemerintah Belanda membuka Leiden University’s Asian Library ( Perpustakaan Asia Universitas Leiden) di Kota Leiden. Diresmikan oleh Ratu Maxima, Kamis (14/9/2017),perpustakaan ini memuat koleksi literatur negara-negara di Asia. Perpustakaan ini digadang sebagai perpustakaan terbesar yang memuat koleksi tentang Indonesia.
“Universitas Leiden telah membangun perpustakaan Asia yang paling terkenal dan menjadi pusat studi internasional utama tentang Asia,” kata kepala pustakawan, Kurt de Belder seperti dikutip dari SEAsia.
Kurt menyebutkan Asian Library memuat koleksi buku, dokumen, peta, foto, bahkan musik pop zaman awal di Indonesia.
Dua koleksi paling berharga dari Asian Library adalah La Galigo dan Babad Diponogoro. La Galigo merupakan karya literatur terbanyak di dunia yang menceritakan mitos dari Bugis, Sulawesi Selatan pada abad ke-14. Total ada 12 karya bersambung La Galigo yang dimiliki oleh Asian Library.
Sedangkan Babad Diponegoro adalah karya autobiografi yang ditulis langsung oleh Pangeran Dipenogoro, yang berperang melawan Belanda selama lima tahun. Hingga akhirnya Dipenogoro ditangkap Belanda pada 1830.
Kedua karya berharga yang memuat kisah Indonesia tersebut masuk dalam daftar UNESCO’s Memories of the World Heritage. Catatan pengajuan kepada UNESCO dilakukan bersama oleh pihak Indonesia dan Belanda.
Karya berharga lain yang dimiliki oleh Asian Library adalah manuskrip Panji yang berasal dari abad ke-13 di Jawa Tengah. Ada 250 manuskrip Panji yang berada di Asian Libray.
Kabar gembiranya, Asian Librabry dilengkapi dengan pencarian online berbahasa Inggris. Ada beberapa materi di Asian Library yang dapat diunduh gratis tanpa ada hak cipta. Seperti karya abad ke-20, disebutkan kebanyakan tak memiliki hak cipta.
Asian Library rencananya juga akan menandatangani perjanjian pertukaran informasi antara Kota Bogor dan Kota Leiden. Sebab Bogor saat ini sedang melakukan pemetaan sejarah mengenai Kerajaan Pajajaran dengan rentang waktu abad 11-16.
Perpustakaan ini juga terbuka lebar bagi para peneliti, penulis, atau sekedar ingin mengetahui asal-usul mengenai nenek moyang di Indonesia. Tersedia empat tempat khusus bagi para peneliti yang membutuhkan waktu penelitian berbulan-bulan. Mereka diperbolehkan menggunakan fasilitas perpustakaan.
travel.kompas.com/Image EDUNEWS.id