Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Benteng Santiago

Tempat dimana Benteng Santiago berdiri, sebelumnya telah lama digunakan sebagai posisi pertahanan alami selama beberapa abad. Lokasinya yang berada di mulut sungai Pasig, merupakan tempat yang ideal untuk meletakkan berbagai macam artileri, seperti meriam. Meriam ini digunakan terutama untuk mengamankan daerah tersebut dari perompak yang mencoba mendekat.

Sebelum Spanyol datang ke Filipina, daratan yang ada disebelah mulut sungai Pasig merupakan tempat berdiri salah satu benteng milik Kerajaan Maynila. Rajah terakhir dari kerajaan tersebut adalah Rajah Sulayman, dimana dia menjadikan benteng di mulut sungai Pasig sebagai pos pertahanan.

Bangunan pos pertahanan tersebut pada saat itu masih berupa struktur kayu yang dipenuhi dengan Palisade, yaitu deretan kayu runcing yang dibentuk menjadi semacam pagar barikade. Benteng kayu Rajah Sulayman ini tidak lupa dilengkapi dengan artileri yang terbuat dari perunggu.

Barulah ketika Spanyol datang ke Filipina, mereka membangun ulang pos pertahanan tersebut dengan menggunakan struktur batu. Hal ini terjadi setelah sebelumnya Spanyol berhasil mengalahkan masyarakat lokal yang dipimpin oleh 3 orang Rajah mereka, termasuk Rajah Sulayman dari Kerajaan Maynila.

Pihak spanyol membuat benteng pertahanan yang kuat dan menghadap langsung kearah sungai Pasig. Struktur batu dari benteng tersebut memberikan kesan kukuh dan mengintimidasi bagi siapa saja yang melewati mulut sungai Pasig.

Bangunan yang terbuat dari struktur batu di mulut sungai Pasig diberi nama oleh Spanyol sebagai Benteng Santiago. Nama Santiago itu sendiri berasal dari nama St. James yang disebut sebagi St. Santiago dalam bahasa Spanyol. St. James adalah santo pelindung Spanyol yang ukirannya bisa ditemui oleh pengunjung ketika tiba didepan gerbang utama Benteng Santiago.

Bagi pihak Spanyol, Benteng Santiago mempunyai peranan yang sangat penting. Benteng ini berfungsi sebagai salah satu kekuatan dasar mereka. Di benteng itulah terletak kantor militer dan juga kantor bagi para pejabat sipil Spanyol. Bukan hanya itu, Benteng Santiago juga menaungi sebuah penjara bawa tanah yang mempunyai reputasi sebagai tempat penyiksaan bagi para tahanan.

Ketika Jepang mengambil alih Filipina pada saat perang dunia ke-2, mereka turut memanfaat Benteng Santiago. Terutama ruangan penjara bawah tanah yang ada di benteng ini. Meskipun berganti penjajah, namun pejuang yang berasal dari rakyat Filipina, tetap mendapatkan perlakukan mengerikan apabila mereka dikirim ke penjara bawah tanah Benteng Santiago.

Banyak sekali pejuang Filipina yang mati menggenaskan di penjara tersebut, baik itu karena siksaan maupun akibat dari eksekusi. Mereka yang berhasil hidup juga harus tinggal dalam penjara yang akan digenangi oleh air pasang yang datang dari sungai Pasig.

Bahkan hingga kini masih ada orang hilang yang pernah dikirimkan ke penjara bawah tanah Benteng Santiago. Mereka berasal baik dari masa penjajahan Spanyol, maupun pada saat perang dunia ke-2 dibawah Jepang.

Pada saat akhir perang dunia ke-2 pada tahun 1945, posisi Jepang di distrik Intramuros dimana Benteng Santiago berada terus-menerus mendapat serangan dari pihak Amerika. Rakyat Filipina yang belum lupa dengan kekejaman pasukan Jepang, juga turut membuat posisi Jepang semakin sulit.

Untuk menghukum rakyat Filipina yang ada di Manila, pihak Jepang menutup rapat distrik Intramuros yang dikelilingi oleh tembok tinggi. Lalu mereka mulai melakukan pembunuhan dan membakar habis gedung-gedung yang ada didalam Intramuros.

Serangan dari pihak Amerika juga turut mengambil andil dalam hancurnya distrik Intramuros. Setelah perang berakhir, semua bangunan di Intramuros hanya bersisa puing, termasuk juga Benteng Santiago. Satu-satunya bangunan yang berhasil selamat adalah Gereja San Agustin.

Benteng Santiago menjadi terkenal dan menjadi salah satu objek wisata di kota Manila, Filipina karena merupakan bagian dari sejarah Filipina. Benteng ini adalah salah satu saksi bisu dari masa penjajahan selama 300 tahun yang pernah dialami oleh rakyat Filipina.

Distrik intramuros dan berbagai bangunan didalamnya sempat dalam keadaan yang kurang baik selama beberapa puluh tahun. Bangunan tersebut termasuk juga Benteng Santiago. Karena memang semenjak dibakar oleh pihak Jepang pada akhir perang dunia ke-2, tidak ada perbaikan berarti pada distrik Intramuros yang dilakukan oleh pemerintah Filipina.

Hingga anggota kongres dan juga istri dari presiden Filipina, Imelda Marcos memerintahkan usaha restorasi distrik Intramuros pada tahun 1980. Berbagai bangunan, termasuk Benteng Santiago yang ada didalam distrik Intramuros turut mengalami perbaikan.

Sekarang distrik Intramuros adalah satu-satunya distrik di Manila yang masih mempunyai banyak bangunan peninggalan Spanyol. Oleh karena itu distrik Intramuros secara umum, termasuk Benteng Santiago yang ada didalamnya menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang datang berkunjung ke Manila.

Benteng Santiago buka setiap hari mulai dari jam 8 pagi. Ketika pertama kali menjejakkan kaki didepan gerbang Bentang Santiago, maka pengunjung akan menemui penjaga benteng lengkap dengan seragamnya yang disebut dengan guardia sibil.

Bila diperhatikan seragam yang dipakai oleh penjaga tersebut merupakan seragam dari era kolonial. Petugas yang mengenakan seragam seperti itu tidak hanya bisa ditemui di Benteng Santiago, namun juga terlihat diberbagai tempat di Intramuros.

Sumber : jalan2.com

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/