Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni 2017, berbagai kegiatan dengan corak daerah warnai parade kebangsaan di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pesona kebangsaan sebagai tajuk kegiatan tersebut seperti pertunjukan fashion tenun ikat antar-siswa SMA yang diselenggarakan di Pesantren Walisanga, Kecamatan Ende Selatan. Pertunjukan etnik ini difasilitasi langsung oleh Bidang Kebudayaan Kementerian Pariwisata RI yang dipimpin ahli desain busana, Dian Urip.
Staf Khusus Bidang Kebudayaan Kemenpar Taufiq Rahzen mengatakan bahwa pertunjukan fashion tersebut merupakan salah satu item kegiatan festival kebangsaan.
“Kemenpar menargetkan festival ini berskala internasional sehingga dapat mendorong perkembangan pariwisata Flores, NTT. Corak etnik harus menjadi prioritas agar dapat mencapai standar internasional,” kata Taufiq.
Taufiq menegaskan bahwa alasan Pesantren Walisanga sebagai tempat berlangsungnya pertunjukan merupakan wujud toleransi karena beberapa biarawan-biarawati Katolik juga mengabdi di Pesantren tersebut.
“Toleransi harus dimulai dari sini. Ada pastor dan suster yang setia mendampingi dan melayani anak-anak pesantren ini. Inilah yang penting dalam kehidupan berbangsa dengan tetap menjaga semangat toleransi dan solider satu sama lain. Semoga anak-anak dapat mencontohi toleransi dalam kehidupan sehari-hari juga terus membangkitkan semangat kebudayaan sebagai anak bangsa,” harapnya.
Sementara Aminah, salah seorang peserta mengaku bangga dengan fashion etnik tersebut. Menurutnya, kekhasan budaya harus menjadi kebanggaan bersama yang harus dipertahankan.
“Saya senang karena dapat terlibat dalam kegiatan seperti ini. Kami dibekali dengan semangat budaya dan belajar untuk mencintai apa yang menjadi kekhasan daerah seperti yang terdapat di Flores. Semoga kegiatan seperti ini dipertahankan dan ditingkatkan ke depannya agar kami bisa kreatif dan terus mengenal budaya sendiri,” kata Aminah.
Kegiatan serupa juga terjadi di lapangan Pancasila, jalan Soekarno Ende. Berbagai pertunjukan budaya dan atraksi seni dipentaskan oleh anak-anak yang menamakan diri sahabat Bung Karno.
Hadir dalam pergelaran tersebut, Bupati Ende Marsel Petu yang mengapresiasi berbagai kegiatan bercorak seni-budaya dalam memperingati Hari Lahir Pancasila. Menurutnya, nilai-nilai luhur Pancasila mencerminkan unsur budaya sebagai identitas dan jati diri bangsa.
“Pergelaran seperti ini sudah empat kali diadakan. Semua ini masih dalam nuansa festival kebangsaan memperingati momentum lahirnya Pancasila sebagai dasar dan tonggak sejarah. Ende adalah tempat permenungan hingga lahirnya inspirasi kelima butir mutiara Pancasila. Semoga dengan semangat kebangsaan ini, semua kita bisa memaknai hidup berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila,” kata Bupati.
Bupati mengharapkan agar semangat dan rasa cinta terhadap kekayaan budaya sendiri harus diwujudkan dalam kehidupan konkrit sehari-hari.
“Jangan sampai budaya dan kekayaan lokal kita oleh globalisasi dan modernisasi. Mari kita semua menjaga identitas dan jati diri budaya kita sebagai fondasi bangsa. Jadikan keanekaragaman dan keunikan sebagai perekat hidup berbangsa dan bermasyarakat,” tandasnya.
indonesiasatu.co/Iamge mediaindonesia.com