Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Desa Hahoe, pusaka dunia di Andong, Korea Selatan

Hahoe merupakan sebuah desa tua yang telah didiami sejak 600 tahun lalu. Rumah-rumah beratap genteng dan beratap jerami cukup terpelihara dengan baik.

Desa ini dikenal sebagai tempat kelahiran dua bersaudara Ryu Unryong dan Ryu Seongryong, seorang sarjana besar Konfusianisme dari Dinasti Joseon, seorang lainnya adalah Perdana Menteri selama periode Invasi Jepang (1592 – 1598) yang disebut Imjinwaeran.

Nama desa Hahoe berasal dari kata Ha yang berarti sungai dan Hoe berarti berputar. Sungai Nakdong mengalir mengelilingi desa dalam bentuk S. Desa Hahoe tampak seperti dua spiral terhubung yang disebut Taeguek, bunga teratai yang mengapung di atas air, dan perahu yang meluncur di sungai. Konfigurasi topologi ini menjadikan desa ini sebagai lokasi yang sangat baik untuk ditinggali, sehingga dikenal sebagai tempat yang baik untuk hidup sejak zaman Dinasti Joseon. Gunung Hwa yang berasal dari Pegunungan Taebaek dan tingginya 271 meter terletak di bagian timur desa.

Perbukitan rendah pegunungan terbentang hingga bagian barat desa. Lokasi tertinggi desa ditumbuhi pohon zelkova besar berumur 600 tahun. Menurut legenda di dalam pohon yang dinamakan Samsindang itu bersemayam seorang dewi bernama Samsin. Rumah-rumah menghadap ke sungai dengan pohon besar di tengahnya, sehingga letaknya menghadap ke berbagai arah. Mengingat banyak rumah di Korea yang menghadap ke selatan atau tenggara, maka konfigurasi rumah di Desa Hahoe sangat berbeda. Ciri lain adalah rumah-rumah beratap jerami ditempatkan dalam bentuk melingkar mengelilingi rumah-rumah beratap genteng.

Desa Hahoe melestarikan Pertunjukan Tari Topeng Hahoe Byeolsingut yang ditampilkan oleh masyarakat umum, dan acara Seonyujulbul Nori-perahu dan pesta api yang dinikmati oleh kaum bangsawan yang disebut Yangban. Desa ini melestarikan banyak warisan budaya yang menunjukkan budaya hidup tradisional Korea dan gaya arsitektur kuno.

Berkat pelestarian arsitektur gaya zaman Joseon, tradisi rakyat, buku-buku bernilai tinggi, dan tradisi kuno desa berbasis klan, desa Hahoe menjadi bagian berharga dari budaya Korea.

Desa Hahoe mempertahankan gaya arsitektur kuno yang telah hilang karena pesatnya modernisasi dan pembangunan di Korea Selatan. Tempat tinggal bangsawan beratap genteng dan rumah pelayan beratap jerami melestarikan gaya arsitektur Dinasti Joseon. Paviliun Wonjijeongsa dan Sekolah Konfusianisme Byeongsan adalah dua bangunan terkenal di desa tersebut.

Desa Hahoe juga melestarikan ritual perdukunan Byeolsin-gut dan Jeulbul Nori yang menggunakan rangkaian kembang api yang ditembakkan dari dasar Tebing Buyongdae. Desa ini terdaftar oleh pemerintah Korea Selatan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2010, bersama dengan Desa Yangdong.

Dalam upaya pelestarian budaya, setiap tahun di desa Hahoe dilaksanakan tiga jenis program, yaitu:

1. Ritual Ceremony Program yang terdiri dari

Traditional Funeral, yang bertujuan untuk melestarikan eksistensi komunitas, untuk  memberi kesempatan pada masyarakat untuk menyaksikan pemakaman tradisional Korea dalam aspek berbeda berdasarkan kognisi kematian orang Korea, untuk mengenali pemahaman dan perubahan konsep kematian dalam budaya Korea dan bagaimana pengaruh kematian pada komunitas dan budaya Korea

Traditional Wedding, program ini bertujuan menginformasikan nilai dan kebutuhan pusaka budaya dunia dengan peningkatan kualitas budaya yang memanfaatkan karakteristik tradisi lokal yang unik. Selain itu juga menciptakan suasana sosial dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, aksesibilitas budaya dengan pandangan baru dan keselarasan peradaban material dan budaya spiritual – mempelajari dan menyadari makna sebenarnya dari ritus dan ritual yang dikenakan dalam kehidupan untuk menunjukkan perilaku bertanggung jawab sebagai orang dewasa.
Melalui demonstrasi tradisional yang berkesinambungan dan sistematis, acara ini menginformasikan nilai dan keunggulan pusaka budaya yang berharga dan mainkan peran sentral dari budaya spiritual populer Korea

 

2. Folklore Program terdiri dari:

Seasonal Custom, sebagai ajang untuk memperkenalkan dan merasakan berbagai ritual musiman, permainan rakyat, dan kehidupan budaya Desa Hahoe dan memahami makna dan nilainya,  

Straw Craft, memberi kesempatan untuk merasakan budaya tradisional kepada wisatawan, keindahan dan budaya tradisional kerajinan rakyat dengan jerami, rumput, dan Hanji (kertas tradisional Korea).

Traditional Life Style, program yang bertujuan untuk merasakan gaya hidup di desa adat untuk memahami nilai moral intrinsiknya, memahami keindahan dan nilai Hanbok (kain tradisional Korea), memahami keindahan dan keragaman budaya tradisional, dan untuk mengenal gambaran dan suasana kampung adat Korea

 

3. Educational Program:

World Heritage Class, mendidik masyarakat untuk mewariskan gagasan \tentang nilai-nilai pusaka dunia yang diwarisi dari nenek moyang, mewariskan keaslian dan kesempurnaan desa Hahoe kepada keturunannya, memberi pelatihan dan pendidikan kepada warga desa Hahoe dan Tour Guide

Seowon Nightstay (Academy), Ganghak (pursuit of study), prgram untuk menginformasikan keunggulan budaya Konfusianisme melalui ganghak dan pengalaman ritual, guna memahami gagasan-gagasan para sarjana klasik yang mengkaji alam.

Tea Ceremony, mengembangkan tata krama tradisional dan pengetahuan dasar minum teh melalui upacara minum teh, memasyarakatkan tata krama hidup yang selaras dengan perkembangan zaman dan budaya minum teh, serta membina kestabilan emosi dan psikis dengan menumbuhkan budaya moral.

Writing Family Motto, mengembangkan kepribadian baik dan perasaan sehat dengan menulis semboyan keluarga dan mempelajari pentingnya sila melalui pengalaman sendiri. Acara ini berkontribusi dalam pencegahan kejahatan dan menuju masyarakat cerdas dengan menumbuhkan tanggung jawab dan meningkatkan kesadaran sehat sebagai anggota masyarakat sosial. Orang dewasa mewariskan pelajaran kepada anak cucu dan mengajarkan kebajikan moral untuk mengamati keluarga sebagai garis pedoman etika. Menumbuhkan kebajikan sebagai penduduk desa tradisional HaHoe dengan mempelajari sendiri kaligrafi dan lukisan.[]

Sumber: UNESCO., Hahoe

 

Leave a Comment

https://indonesiaheritage-cities.org/