Ketika di siang hari terik menyengat, saat melintas di Karanganyar, silahkan mampir dan masuk ke De Tjolomadoe, terletak di tepi jalan raya Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Di dalam ruang-ruang besar bekas Pabrik Gula, akan ditemui sederetan mesin-mesin raksasa penggiling tebu dan ketel-ketel serta tungku pemasak, bercat abu-abu bersih, berada di antara meja-kursi ruang makan. Hawanya sejuk, karena seluruh ruangan dilengkai dengan AC, pendingin yang mampu mengantisipasi panasnya hawa di luar.
Destinasi wisata baru De Tjolomadoe, saat ini masih dalam tahap “diperkenalkan kepada masyarakat luas”, mengungkap ambisi KGPAA Mangkunegoro IV yang dia wujudkan dengan membangun Pabrik Gula Tjolomadoe yang memiliki arti Gunung Madu, di kawasan Karanganyar, pada saat dirinya berkuasa di tlatah Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah.
Niatannya tertulis pada prasati berbunyi “Pabrik Gulo ini openana, sanajan ora gawe sugih namung iso nguripi uwong akeh” yang artinya pabrik gula ini lestarikanlah, meskipun tidak akan membuat kaya-raya, namun bisa untuk menghidupi orang banyak.
Pabrik Gula Tjolomadoe yang berdiri diawal tahun 1900-an, berhenti beroperasi pada tahun 1998, saat lahan kebun tebu di kawasan Solo-Raya mulai menghilang, beralihfungsi menjadi pemukiman, sehingga penggilingan tebu kemudian dialihkan ke Pabrik Gula yang lain yakni di Tasikmadu.
Di areal PG Tjolomadoe masih terdapat peninggalan artefak asli berupa Rumah Besaran, tempat bermukim aparatur pabrik yang dipimpin langsung oleh Mangkunegoro IV beserta isteri, kemudian sebuah Gazebo untuk mengamati kegiatan bongkar tebu, serta satu set Tempat Pengisian Bensin dan Oli atau SPBU mini, untuk melancarkan operasional truk-truk pengangkut gula yang akan mendistribusikannya ketempat lain.
Rumah Besaran dengan arsitektur gaya Indies yang ditandai dengan pilar-pilar besar di bagian depan masih berlantai traso, diimpor dari Belanda, kini menjadi Bangunan Cagar Budaya yang dilindungi Undang-Undang.
Publis Relations Manager PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Dewi Krisna ketika dikonfirmasi menuturkan, selaku pengelola De Tjolomadoe pihaknya telah mengalihfungsikan ruangan dalam dari Rumah Besaran tersebut menjadi sebuah Galeri bernama Royal House.
“Kini masih dalam proses persiapan, namun dalam waktu dekat, terlebih jelang Libur Lebaran tahun ini, seluruh area sudah dapat diakses masyarakat,” jelasnya.
Kelengkapan lain yang terdapat di De Tjolomadoe, berupa Gedung Konser modern berkelas dunia dengan dinding akustik kedap suara berstandard internasional, berkapasitas 2500-3000 orang. Bangunan ini pernah digunakan untuk konser musik kelas dunia menghadirkan David Foster.
Tribun Utama berisi 429 kursi, dengan latar belakang dinding kaca memperlihatkan ambience tungku-tungku raksasa pabrik gula tempo doeloe, serta Tribun di sisi kanan berkapasitas 80 kursi, sedangkan di bagian depan untuk Kelas Festival, mampu menampung 2500 orang berdiri.
Ketinggian atap delapan meter, dan panggung setinggi satu meter dengan luas 20 X 6 meter. Rencana agenda Juni 2018 berupa konser musik menghadirkan NOAH dan Juli 2018 menghadirkan PADI.
Terdapat pula ruang pameran bernama Sarkara dari bahasa Sansekerta yang berarti gula, yang juga bisa digunakan untuk resepsi, pertemuan ataupun Round Table berkapasiti 50 meja untuk 10 kursi di setiap mejanya.
“Destinasi wisata baru De Tjolomadoe di Karanganyar Surakarta seluas 6,4 hektar termasuk lahan parkir tersebut, kini menjadi tempat wisata unggulan di kawasan Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang), terbuka untuk publik, masuk masih gratis, sampai ada ketentuan baru masuk dengan membeli tiket”, imbuh Dewi Krisna .
rri.co.id