Bukittinggi – Festival Silek Tradisional Minangkabau yang digelar Pemerintah Kota Bukittinggi sejak Selasa 27 November 2018 lalu di Lapangan Wirabraja, Kamis (29/11/2018) malam secara resmi ditutup oleh Wakil Wali Kota Irwandi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bukittinggi Melfi Abra, mengatakan, Festival Silek Tradisional Minangkabau diikuti berbagai daerah termasuk utusan mancanegara. Silek adalah salah satu nilai tradisi yang merupakan kekayaan khasanah budaya Minangkabau yang perlu dilindungi, dilestarikan, diwariskan dan dipromosikan.
“Dalam perkembangan arus globalisasi ini, nilai-nilai tradisi ikut mendapat pengaruh dan tantangan untuk tumbuh dan berkembang, maka kita sebagai pemiliki nilai-nilai budaya perlu melakukan aksi dalam rangka pemajuan kebudayaan tersebut,” katanya.
Menurut Melfi Abra, Silek adalah sebuah seni beladiri yang telah lama berkembang baik dalam negeri maupun mancanegara. Maka untuk memajukan dan melakukan kembali pemurnian nilai-nilai silek ditanah leluhurnya, maka dilakukan festival ini dengan berbagai upaya.
“Pelaksanaan event ini didasari UU nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Perda Kota Bukittinggi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pelestarian Nilai Seni Tradisionil di Kota Bukittinggi,” ulasnya.
Melfi Abra menambahkan, kegiatan ini diikuti 10 pesilat nasional, 57 sasaran silek dan 20 pesilat yang telah melalang buana kemancanegara atau pernah belajar di Bukittinggi dan mengembangkannya di luar negeri. Festival berjalan baik dan sangat ramai disaksikan masyarakat Bukittinggi sekitarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Gemala Ranti menyampaikan, festival silek ini secara tidak langsung, membuka ruang keberagaman ekspresi silek tradisi, yang juga merupakan salah satu upaya memelihara, memperkenalkan, meningkatkan apresiasi, mewariskan, melestarikan dan mempromosikan silek sebagai salah satu kekayaan intelektual dari kearifan lokal Minangkabau yang telah mendunia.
“Event ini tentu dapat mendorong interaksi budaya silek antar kelompok dengan semangat kebersamaan. Karena secara lahiriahnya, silek menjadi parik paga nagari dan penjaga diri. Ini patut diapresiasi, karena Festival Silek Tradisional Minangkabau, membangkitkan gairah para generasi muda terhadap nilai-nilai seni budaya tradisional Minangkabau, memberikan kebanggaan dan rasa memiliki bagi masyarakat terhadap keberadaan silek,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bukittinggi, Irwandi, mengapresiasi pelaksanaan festival silek Minangkabau yang dapat menjadi salah satu upaya mempererat persatuan dan kesatuan. Kegiatan ini tentunya dapat melindungi kebebasan silek tradisi Minangkabau.
“Festival silek tradisional Minangkabau, dapat mendorong interaksi budaya dengan semangat persatuan dan kesatuan. Silek dapat menjadi pertahanan diri dalam menjaga negeri. Pada saat ini silek diharapakan mampu menggerakkan partisipasi dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat silek tradisi,” jelasnya.
Menurut Irwandi, Pemko Bukittinggi juga berkomitmen untuk dapat mengagendakan kegiatan serupa di tahun yang akan datang. Hal ini dilakukan untuk dapat memperkaya nilai budaya serta mempromosikan nilai silek yang berkontribusi bagi pengayaan budaya secara nasional .
“Ekesistensi dari pemerintah dari provinsi sampai kota kabupaten, tentu sangat diharapkan dengan kebersaman, kita dapat memproteksi budaya silek tradisional dan meningkatkan ketahanan budaya di tengah peradaban dunia,” ungkapnya.
Dalam kegiatan itu, diserahkan penghargaan kepada 13 Tuo Silek yang turut andil dalam memgembagkan seni tradisi silek di Minangkabau. Selain itu, juga diberikan penghargaan kepada para peserta festival silek dari mancanegara.
rri.co.id/Image ANTARA