Surakarta: Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 110, diperingati dengan upacara bendera di Tugu Lilin Solo, Senin (21/5/2018). Sebelum upacara dimulai ditampilkan tari “Yuda Tamtama” garapan Dinas Kebudayaan Kota Surakarta.
Tari ini dibawakan oleh 11 penari mengenakan costum keprajuritan lengkap dengan senjata Floret dan Tameng. Mereka menari menggambarkan prajurit yang semangat mengasah keahliannya untuk bangkit melawan musuh dalam membela tanah air.
“Tari ini menceritakan sekelompok prajurit dengan semangat perjuangan, berlatih dan mengasah keahliannya dalam mengolah senjata,” terang Kepala Bidang (Kabid) Kesenian Sejarah dan Sastra Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Surakarta, Mareta Dinar Cahyana, di sela-sela pertunjukan tari.
Tari ini diilhami dari keberadaan prajurit keraton yang menggunakan senjata Floret dan Tameng.
“Mereka Tetap siap siaga bangkit melawan musuh demi membela negara.”
Sementara upacara di Tugu Lilin (Tugu Kebangkitan Nasional), dipimpin ketua DPRD Kota Surakarta Teguh Prakosa. Upacara dihadiri oleh Wakil Wali Kota Surakarta, Muspida Kota Surakarta, TNI/Polri dan jajaran Kepala Organisasi Perangkat Daerah Kota Surakarta.
Dalam peringatan tahun ini mengangkat tema “Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia Dalam Era Digital.” Hal ini bertujuan untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri yang dibuka oleh berbagai pihak.
Ketua DPRD Kota Surakarta, Teguh Prakosa yang membacakan sambutan dari Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menyampaikan akan pentingnya persatuan dan kesatuan Bangsa.
“Sesuai dengan Nawacita Presiden RI meningkatkan kualitas hidup dengan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan,” jelas Teguh Prakosa.
Dengan semangat masyarakat bersatu tanpa membedakan suku, golongan dan ras, serta dengan peningkatan mutu pendidikan menjadikan masyarakat Indonesia yang siap bersaing di era digital nantinya.
Pergerakan Boedi Oetomo membuktikan semangat dan komitmen itu saja sudah cukup meraih cita-cita, dengan catatan memiliki tujuan yang sama. Bersatu adalah kata kunci untuk menggapai cita-cita yang mulia.
Boedi Oetomo juga memberikan contoh, berkumpul berorganisasi tanpa memandang suku, ras, agama, akhirnya mendorong semangat yang menjadi bahan bakar utama dalam meraih kemerdekaan,” tandas Teguh.
rri.co.id