Bertemu di Ternate, berdiskusi sambil menikmati kopi di lobby hotel dengan Bupati Halmahera Barat, Direktur Eksekutif JKPI diundang melihat peninggalan-peninggalan yang ada di Jailolo oleh Bupati Halmaera Barat Ir.Namto H. Roba, SH.
Naik Speed boat bersama Bupati Halbar ditengah alunan ombak yang tenang mengasyikan. Bupati Namto menunjukan beberapa titik spot diving yang sering dikunjungi oleh para penyelam, baik lokal maupun luar negeri. Memasuki pelabuhan, terlihat panggung yang menjorok ketengah laut. Panggung tersebut biasanya dipakai pada saat pestifal Jailolo yang selalu menghadirkan artis-artis nasional dan juga pertunjukan tari, dimana saat ini para penari-penari tersebut sedang menjelajahi beberapa negara dalam memperkenalkan kekayaan Indonesia.
Setelah menginjakan kaki di rumah bupati Namto, kita menuju kawasan mangrove yang akan dilewati menuju Benteng Saboega, benteng yang dibangun oleh bangsa Spanyol pada tahun 1548. Namun dalam catatan Van der Wail, kemungkinan benteng ini dibangun oleh bangsa Portugis yang meninggalkan Kepulauan Maluku pada tahun 1605. Sedangkan nama benteng Saboega ini berasal dari bahasa Portugis Saboego/Saboega yang berarti sejenis rumput tajam atau bahasa lokal dikenal dengan rumput Kakaleja, rumput yang banyak disekitar benteng.
Perjalanan menuju benteng ini menelusuri sungai yang dikiri kanannya ditumbuhi oleh Mangrove yang terlindungi oleh masyarakat maupun pemerintah. Sesekali kita melihat bangau putih terbang rendah. Semakin mendekati benteng hamparan lebar sungai semakin lebar. Menjelang pertemuan dengan laut, kita berbelok mengikuti cabang sungai. Dari sungai terlihat beringin besar mengakar disisi benteng yang menghadap laut, mengingatkan kita pada candi di Angker Wat.
Benteng Saboega yang tidak ada pintu ini harus cepat dibenahi dan di konservasi, karena sisi menghadap ke sungai lambat laun akan tergerus oleh air sungai. Bahkan sudah ada dinding yang sudah rubuh karena abrasi dari sungai. Sedangkan untuk pintu masuk, konon katanya ada sisi yang menghadap kesungai. kami tidaak berani masuk dengan alasan keamanan. Benteng ini lama tidak dijamah manusia, sedangkan sisi yang menghadap sungai sangat besar potensi rubuhnya. Kita berharap adanya segera interfensi pemerintah pusat dalam penyelamatan benteng yang unik ini.
Sumber : NN