Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lestarikan Alam Kerinci dan Kebudayaannya

Sungai Penuh. Suku Kerinci merupakan salah satu suku tertua yang ada di nusantara.Sampai saat ini sejarah dan kebudayaan alam Kerinci belum cukup terdokumentasi dengan baik beberapa diantara benda- benda budaya warisan peradaban nenek moyang orang Kerinci banyak yang hijrah ke daerah daerah lain,masih sangat banyak benda benda budaya alam Kerinci belum digali dan yang sudah terangkatpun belum terpelihara secara optimal, hingga saat ini sangat sedikit para ilmuwan dan ahli sejarah dan kebudayaan asal alam Kerinci yang menaruh perhatian terhadap Sejarah dan Kebudayaan alam Kerinci.

Pengamatan penulis sampai saat ini diakui atau tidak,tak seorang pun bisa bercerita tentang asal usul dan sejarah kebudayaan alam Kerinci secara utuh, naifnya tak jarang kita melihat orang yang mengaku sebagai budayawan/tokoh adat yang menjelaskan sejarah dan kebudayaan alam Kerinci sesuai dengan selera dan kepentingan masing masing.Dengan kondisi kegamangan seperti itu,rasa rasanya dimensi kesejarahan dan kebudayaan alam Kerinci perlu dikaji dan dilakukan restorasi kembali agar kita dapat memetik hikmah dari rentetan sejarah dan kebudayaan itu sendiri sebagai mata rantai keberadaan kita saat ini.

Penulis mengharapkan kedepan renik renik sejarah kebudayaan alam Kerinci dapat ditata sedemikian rupa, sehingga dapat terangkai dalam suatu penulisan buku sejarah dan kebudayaan yang komperensip.Dengan demikian kesadaran kesejarahan dan kebudayaan tersebut maka berbagai kegelapan dan keterputusan benang merah sejarah kebudayaan akan dapat terungkap dengan baik.

Kita tidak perlu ber sikukuh untuk mengatakan bahwa Kerinci telah dimekarkan menjadi dua daerah otonom Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci,secara administrasi pemerintahan sesuai dengan Undang undang wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh memang telah memiliki sistim pemerintahan yang diatur sesuai dengan Undang undang,tetapi dari bukti bukti sejarah dan peninggalan arkeologie mulai dari kawasan Kerinci Tinggi hingga Kerinci Rendah terpendam bukti bukti kejayaan dan kebesaran Melayu Tua..

 

“Kerinci Bumi Sekepal Tanah dari surga”

Para peneliti dari mancanegara justu memiliki kepedulian terhadap sejarah dan kebudayaan alam Kerinci,beberapa tradisi dan peninggalan kebudayaan sampai saat ini masih banyak yang terkubur dalam perut ”Ranouh Alam Kincai”.Dari sedikit sarjana asal Kerinci terdapat tokoh, Budayawan dan Peneliti Sejarah Adat dan Kebudayaan Alam Kerinci,tercatat Depati H.Abdul Kadir Djamil,Prof.H.Idris Jakfar,SH, Prof.Dr.H.Amir Hakim Usman,MA,Prof.Dr.H.Aulia Tasman,Phd,Depati.H.Amiruddin Gusti,Drs.H.Ilyas Latif,Depati H.Dasiba,dr.H.Nasrul Qadir,Depati Zahakir Haris Depati.H.A.Norewan,BA.Drs.Thahar Ramli,Depati H.Alimin,Depati Zurhatmi Ismail dan Drs Azhar,Mj

Dari kunjungan dan pengamatan penulis di lapangan bersama Budayawan Danau Kerinci Jaafar Kadir,S.Pd Datuk, Burhanuddin Depati Pengasi ,Mat Yunus Depati Sengaho hasil penyusuran jejak peradaban alam Kerinci bersama sejumlah Anggota Sanggar Seni Incung alam Kerinci serta beberapa informasi yang disampaikan beberapa budayawan alam Kerinci mengungkapkan di alam Kerinci banyak ditemukan artefak artefak seperti Batu Silindrik Bejana,Nekara,Giring giring,pecahan gerabah,kapak batu, Beliung batu,Belincung Lesung Lumpang

Menurut Jaafar Kadir,s.Pd Datuk bukti tertua lainnya yang banyak ditemukan adalah Keramik kuno dari Cina yang berasal dari masa pemerintahan Maha Raja Zhih Huang, Dinasti Han ( sekitar 2 abad sebelum masehi ),temuan temuan baru menunjukkan bahwa penduduk asli alam Kerinci termasuk etnik melayu tua ( Proto Melayu ) adalah salah satu suku bangsa tertua yang ada di nusantara. Penduduk asli alam Kerinci mulai menentap di Kaldera Danau Kerinci pada periode perpindahan suku bangsa sekitar tahun 10.000 ­— 2.000 SM

Masyarakat alam Kerinci “tempoe doeloe “telah memiliki hukum hukum adat dan telah memiliki,aksara,mata uang dan sistim pemerintahan sendiri, diantara peninggalan kebudayaan itu dapat kita lihat adanya naskah kuno di Tanjung Tanah dan Aksara Incung yang tersebar diberbagai penjuru dusun dusun di seantero alam Kerinci.

Naskah kuno di desa Tanjung Tanah bekas Kemendapoan Seleman Danau Kerinci (Sofyan Ibrahim) menurut penelitian ahli dan hasil pemeriksaan radio karbon diduga telah berusia lebih 600 tahun.Naskah ini telah dilakukan penelitian masing masing dilakukan oleh Petrus Voorhoeve (1941) dan Uli Kozok (2002),dan penelitian lebih serius dilakukan oleh Uli Kozok yang didampingi oleh H.Sutan Kari (almarhum) dan Depati H.Amiruddin Gusti serta Depati Hasril Meizal.

Saat dilakukan penelitian oleh Uli Kozok,ditemukan naskah masih tersimpan dan terawat dengan baik dan dijadikan sebagai benda pusaka yang hanya di buka pada saat kenduri Sko ( Kenduri pusaka) sekaligus melakukan pengangkatan depati.Tidak seperti kebanyakkan naskah kuno lainnya, ternyata naskah kuno di Tanjung Tanah tersimpan utuh dalam peti.Menurut hasil penelitian Uli Kozok naskah Tanjung Tanah merupakan naskah melayu tertua yang berisikan Undang undang Tanjung Tanah.

Pada tahun 1986 – 1987 penulis mendampingi peneliti Prof Dr.Barbara Waltson Andaya dari Universitas Aucklan melakukan penelitian sejarah dan kebudayaan Suku Batin dan Suku Kerinci. Catatan harian yang masih penulis simpan dari perjalanan kekawasan Suku Batin,dan Suku Kerinci jelas terlihat nenek moyang kedua suku ini sejak lama telah memiliki kebudayaan yang tinggi,nenek moyang Suku Kerinci dan Suku Batin sangat menghormati arwah para leluhur,meski agama islam telah menyebar,akan tetapi mereka tetap menghormati nenek moyang mereka dan tidak lagi melakukan upacara persembahan sebagaimana yang dilakukan ketika nenek moyang masih menganut kepercayaan animisme/dinamisme

Dibeberapa tempat (dusun) tinggalan kebudayaan animisme terlihat pada acara ritual tari Asyek Niti Mahligai, Tari Tauh, akan tetapi kebudayaan tersebut saat ini telah di sesuaikan dan dijadikan sebagai aset wisata dan kebudayaan,tidak lagi dijadikan ritual kepercayaan.Keindahan alam Kerinci, dan sisa sisa peradaban masa lampau serta kekayaan khasanah kebudayaan seni dan pariwisata membuat seorang pujangga menyebutkan bumi alam Kerinci bagikan “Sekepal tanah surga yang tercampak kedunia”

Bumi nusantara termasuk alam Kerinci sejak berabad abad yang silam telah memiliki seni dan kebudayaan yang bernilai tinggi, diantara cabang seni termasuk terdapat seni sastra manusia suku Kerinci menuangkan ungkapan perasaan dalam bentuk syair syair tentang cinta dan menuliskan ungkapan perasaan dengan menuliskannya diatas ruas bambu menggunakan tulisan aksara Incung

Sastra rakyat Kerinci , menurut bentuknya dapat diklafikasikan sebagai prosa, puisi, prosa liris, diantara sastra tersebut adalah, mantra, sumpah serapah, parno adat, karang mudea, syair, pepatah, pantun rakyat, kunaung, mitos, sage,legenda,fable.cerita penggeli hati,cerita pelipur lara,cerita perumpamaan,cerita pelengah dan kunun baru. Namun beberapa seni sastra di alam Kerinci saat ini terancam punah, betapa besarnya kerugian budaya alam Kerinci,seandainya kita biarkan sastra lisan suku Kerinci itu kita biarkan punah atau terlupakan,dan hanya tersimpan dalam naskah naskah yang disimpan di dalam peti pusaka atau di dalam lemari lemari perpustakaan,Kita melihat belum ada perhatian yang serius dan tidak ada keinginan dari Dinas Kebudayaan – Pariwisata atau Dinas Pendidikan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh untuk menggali dan melestarikan serta memasarakatkan seni sastra lisan yang ada di bumi alam Kerinci.

Sumber : Budhi.Vj

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/