Potensi wisata di Malang Raya, Jawa Timur, sangat tinggi. Salah satu indikasi, jumlah wisatawan di wilayah yang terdiri dari Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu tersebut lebih dari 5 juta per tahun. Miliaran rupiah pendapatan asli daerah diraih pemerintah dari sektor wisata tersebut.
Ketiga daerah di Malang Raya memiliki karakteristik sektor wisata berbeda. Kota Malang lebih sebagai penyedia jasa, seperti hotel, restoran, serta pusat-pusat hiburan dan perbelanjaan. Kabupaten Malang unggul dalam wisata alam. Adapun Kota Batu, selain wisata alam juga unggul dalam wisata buatan. Ketiganya bahu-membahu berusaha menjadi magnet wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Hasilnya, perekonomian daerah meningkat. Kota Malang, misalnya, 20 persen pendapatan pajak daerah berasal dari sektor pariwisata, dalam hal ini pajak hotel, restoran, dan hiburan. Menjelang akhir 2015, Dinas Pendapatan Kota Malang mencatat pendapatan pajak daerah sudah mencapai Rp 272 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 persennya berasal dari pajak hotel (Rp 22,1 miliar), pajak restoran (Rp 28,4 miliar), dan pajak hiburan (Rp 4,9 miliar).
Jumlah wisatawan di Kota Malang pada 2013 sebanyak 5.498 wisatawan mancanegara dan 1,9 juta wisatawan Nusantara. Tahun 2015, wisatawan mancanegara sebanyak 5.952 orang, sedangkan wisatawan Nusantara mencapai 2,49 juta orang.
“Kota Malang selama ini merupakan kota jasa, kota penunjang kota di sekitarnya dalam hal ini hotel, restoran, dan sarana hiburan. Ke depan, Kota Malang akan terus dikembangkan menjadi kota wisata pendidikan, wisata belanja dan event, serta wisata nostalgia,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Malang Ida Ayu Wahyuni.
General Manager Hotel Santika Premiere Malang Pamudji Sugiarto mengatakan, setiap menjelang akhir tahun, Hotel Santika Premiere Malang selalu menerima kelompok wisata dari negara-negara Eropa. “Mereka melakukan wisata nostalgia dan menikmati keindahan Kota Malang yang sudah dikenal sejak zaman kolonial,” katanya.
Pamudji berharap pemerintah daerah terus membangun infrastruktur agar sektor pariwisata Malang berkembang. Salah satunya, misalnya, membangun pedestrian (pejalan kaki) sebagai sarana wisatawan berjalan kaki menikmati keindahan kota. “Penerbangan dari dan ke Malang pun harus diperbanyak dan diperpanjang waktunya,” katanya.
Di Kabupaten Malang, pemerintah daerahnya sedang menggenjot wisata di pantai selatan Malang. Beberapa pantai, seperti Pantai Tiga Warna, Pantai Bajul Mati, dan Pantai Ngliyep, terus dipromosikan di berbagai kesempatan.
“Yang berhak mengelola wisata pantai di Malang selatan adalah Perhutani karena itu masuk wilayah mereka. Yang selama ini dilakukan adalah Perhutani bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengelolanya,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Malang, Made Arya Wedhantara.
Made Arya mengatakan, Pemkab Malang hanya bisa membantu pengembangan pesisir selatan dengan promosi. Saat ini, ada 23 pantai yang sudah terdata di Dinas Pariwisata Kabupaten Malang. Masih banyak pantai yang belum terdata, tetapi sudah mulai banyak diketahui dan dikunjungi masyarakat.
“Pendapatan daerah dari wisata ini masuk dalam pajak hiburan, di mana tahun 2014 nilainya mencapai Rp 5,8 miliar secara keseluruhan,” kata Made. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik pada tahun 2014 di Kabupaten Malang mencapai 3,2 juta orang.
Pemerintah Kota Batu juga terus berusaha menggenjot jumlah wisatawan agar meningkat. Jika tahun 2014 jumlah wisatawan mencapai 3,8 juta orang, pada tahun 2015 diharapkan bisa naik 14-16 persen.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batu Abdillah Alkaf mengatakan, pihaknya ingin Kota Batu menjadi destinasi wisata utama di Indonesia bagi wisatawan mancanegara, selain Bali dan Yogyakarta. Selama ini, jumlah wisatawan asing yang ke Batu rata-rata hanya 10.000 orang per tahun.
“Karena itu, di tahun 2016, kami berharap jumlah wisatawan mancanegara bisa mencapai 18.000 orang,” ujarnya. Pemkot Batu menyiapkan gelaran travel mart di awal 2016 dengan mengundang biro perjalanan dalam dan luar negeri.
Kompas.com/Image soeto