Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Masjid Tiban Turen Malang “Arsitektur Langit, Ajaib dan Menakjubkan”

Masjid Tiban atau masjid ‘Jin’ adalah Masjid Ajaib yang mana arsitekturnya merupakan inspirasi dari langit yang menakjubkan. Selain sebagai masjid, bangunan 10 lantai yang megah dan indah ini sebenarnya adalah Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang terletak di desa Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang disingkat: Bi Ba’a Fadlrah, karena namanya cukup panjang, dan mempunyai arti Laut Madu atau, “Fadilah Rohmat” (Segarane Madu, Fadhole Rohmat-terjemahan Bahasa Jawa).

Oleh masyarakat Malang disebut Masjid Tiban karena konon masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar. Menurut cerita yang beredar justru dibangun oleh jin dalam waktu hanya semalam. Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada “manajemen masjid”, disebutkan bahwa pembangunan masjid – yang sebenarnya merupakan kompleks pondok pesantren, semua bersifat normal karena dikerjakan oleh santri dan jamaah.

Pada tahun 2009 beredar sudah mulai k desa-desus munculnya Masjid Tiban yang berbau dunia gaib langsung dibantah oleh “manajemen masjid”. Dengan jelas sekali bantahan terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar-besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan tiba-tiba), dibangun oleh jin dsb, itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah “Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah” yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.”

Pondok Pesantren Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad.

Tujuan untuk dibangunnya Masjid Tiban ini selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pemersatu umat Islam dalam mengkaji Islam. Karena selain berfungsi sebagai masjid, tempat ini juga sebagai pondok pesantren yang berfungsi untuk mempelajari Islam secara dalam. Bangunannya yang indah dan megah membuat banyak orang yang datang untuk berkunjung ke Masjidd Tibban di  Turen ini. Mereka mengaggumi kuasa sang pencipta, karena atas hidayah-NYA yang telah diberikan kepada para pendiri dan masyarakat sekitar masjid ini dapat berdiri kokoh. Dengan adanya masjid ini, banyak masyarakat yang mendalami Islam di tempat ini secara baik.

Asal-usul Pembangunan Masjid Tiban‘ Turen Malang

Masjid Tiban atau Masjid Jin juga disebut Masid Turen sebenarnya merupakan sebuah komplek pondok pesantren. Nama Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah adalah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah (disingkat: Bi Ba’a Fadlrah), yang terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim Gang Anggur No.10, RT 07 / RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. Rintisan Ponpes Bi Ba’a Fadlrah ini dimulai pada 1963 oleh Romo Kyai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kyai Ahmad.

Ponpes ini dibangun sejak tahun 1978 di areal seluas 4 hektare, dan kira-kira baru 1,5 hektare dari luas tanah itu yang digunakan untuk bangunan utamanya. Arsitektur bangunannya sangat menawan, sangat serius dan rumit. Semua ini terlihat pada setiap detail ornamennya. Jauh sebelum ini benar-benar tak ada yang menyangka di sebuah desa kecil Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang berdiri sebuah bangunan megah dengan arsitektur yang sedemikian mengagumkan. Begitu datang di areal masjid Tiban, pengunjung akan disambut oleh kemegahan bangunan, keindahannya dan wibawanya akan mampu melumpuhkan kesombongan kita. Dari melangkahkan kaki untuk pertama kalinya di dalam bangunan pondok pesantren dan masjid Tiban, sampai keluar, kesombongan siapa saja akan mengkerut, dari tingkat pertama sampai dengan tingkatnya yang ke sepuluh.

Bangunan utama pondok pesantren dan masjid Tiban tersebut mencapai 10 lantai. Tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondok Tiban, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang dikelola oleh para Santriwati (Santri Wanita). Ada berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya.

Tak hanya unik, bahkan di dalam areal ponpes Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung.

Ajaibnya, arsitektur yang dijadikan acuan bukan hasil rekayasa seorang arsitek yang handal lulusan perguruan tinggi. Semuanya adalah dari hasil istikharah pemilik pondok, KH Ahmad Bahru Mafdlaludin Soleh. Bangunan ini tidak dapat diperkirakan jadinya, sekarang sudah 10 lantai dibangun, bisa jadi nanti ditambah atau bisa-bisa dikurangi. Karena semua tergantung istikharah Romo Kyai (Kyai Ahmad). Romo Kyai juga yang ngepaskan amalan-amalan. Mungkin karena itu, banyak berita bahwa bangunan ini adalah masjid tiban (tiba-tiba ada). Padahal ini bukan masjid tapi pondok pesantren, Gus Alief (santri) berkata “tiap hari selalu datang pengunjung dari berbagai kota ke pondok pesantren ini. Di buku tamu pun berbagai komentar tentang keindahan pondok pesantren ini tertulis. Bahkan, tak jarang ada yang mengaku tersentuh hatinya ketika memasuki sebuah ruang. Tiap orang berbeda.”

Sumber : islam-institute.com

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/