Kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tampil sebagai juara di Festival Olahraga Tradisional ke-13 yang berlangsung di Jambi, Minggu (8/7/2018) dengan menampilkan permainan olahraga tradisional Obah Owah mengantongi nilai tertinggi 629.62.
Kemenangan tersebut menurut dewan Juri Suherman, bahwa penilain itu menyangkut berbagai unsur seperti pendidikan, intelegensi, dan ketangkasan. Kontingen DIY dalam penampilannya dinilai memiliki gerakan yang aktif, kompak, dan sentuhan permainan aslinya kental.
Permainan Obah Owah memang mendapat aplaus dari penonton. Permainan yang biasanya dimainkan pada bulan purnama ini butuh kekompakan, ketangkasan dan daya tahan fisik yang kuat. Permainan ini mengunakan piranti yang ada saat panen padi.
Ada orang-orangan sawah (memedi sawah), jerami, untaian padi, hingga alu, dan tenggok tempat padi. Permainan dibagi menjadi dua tim dan dimainkan empat orang. Tahap awal, peserta akan berlomba mengambil alu dan sarung dengan berjalan secara duduk menggunakan tangan. Setelah berhasil mendapatkan alu, tiga pemain berjalan bersama dilingkari sarung.
“Terima kasih kepada dewan juri yang telah menetapkan Obah Owah sebagai permainan olahraga tradisional terbaik. Kami sangat bangga meski persiapannya sangat mepet. Tentu prestasi ini jadi PR kami untuk terus mengeksplorasi permainan olahraga tradisional lainnya yang belum muncul,” kata Topan Faizal, ketua kontingen DIY.
Pada tahun 2016 DIY pernah memperkenalkan permainan Domblong (bengong) tapi kalah. Permainan anak nelayan ini menggunakan jaring. Tapi, risikonya tinggi karena harus menjaring kepala orang. “Kami akan berusaha menggalinya dan melakukan pembinaan,” timpal pelatih Joko Mursito.
Sementara itu, urutan kedua milik Provinsi Gorontalo yang menyajikan permainan olahraga tradisional Mo Dandta dengan nilai 623. Kemudian Bengkulu dengan Eket Daet mengantongi nilai 619,3 di tempat ketiga.
Festival Olahraga Tradisonal ke-13 di Jambi ini mendapat perhatian lebih dari masyarakat setempat dan juga para peserta yang datang dari 18 Provinsi dan 2 Kabupaten Provinsi Jambi. Cada Rumbino Ketua Kontingen Papua mengatakan event gawean Kemenpora di Jambi ini patut dijadikan contoh untuk seluruh Indonesia. Dikatakannya pelayanan panitia, tatakrama dan respon masyarakatnya sangat bagus.
“Tujuan event ini adalah menggali aset budaya yang nyaris punah tertelan zaman. Selain itu juga untuk menjalin kebersamaan, persaudaraan antara anak bangsa,” ujar Cada Rumbino. Papua yang menampilkan permainan Cado berada di peringkat ke-7 dengan nilai 593. Tapi, dia bersyukur 28 orang skuatnya tidak sia-sia datang jauh-jauh.
“Kami berharap olahraga tradisional ini bisa sejajar dengan olahraga prestasi. Saya juga meminta agar Kemenpora memberikan kami jatah sebagai tuan rumah berikutnya,” imbuhnya. Menurutnya olahraga tradisional bukan sekadar olahraga. Tapi juga dapat menjadi penangkal timbulnya dampak negatif dari permainan modern seperti permainan dalam jaringan dan permainan dalam telepon pintar.
“Kami cukup layak masuk 10 besar. Kami apresiasi kepada Kemenpora. Semoga event ini dapat terus berkembang dan lestari,” tambah Cado. Sementara itu, Kabid Bina Pemuda Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalsel, M Supli juga merasa puas dengan event yang dikomandoi Deputi III Pembudayaan Olahraga Kemenpora itu.
Supli tidak mempersoalkan hasil penilaian juri yang menempatkan Kalsel di peringkat 9. Kacapak Kacabau yang dihamparkannya mendapat nilai 578. “Kami justru berterima kasih kepada Kemenpora yang peduli dengan permainan olahraga tradisional. Ini tantangan buat kami sebagai putra bangsa untuk terus menggali potensi di daerah kami. Setidaknya ini akan membuka mata kita bahwa Indonesia kaya akan olahraga tradisonal,” tuturnya.
tribunnews.com/Image Radar Jogja