Ada sebuah tradisi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang selalu digelar pada bulan Syawal. Perayaan Hari Syawalan atau sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri namanya. Yang khas pada perayaan ini adalah kue lopis raksasa seberat 535 kilogram dengan diameter 203 sentimeter dan tinggi 170 sentimeter. Puncak acara Syawalan ditandai dengan pemotongan lopis oleh Muspida dan Tokoh Masyarakat Pekalongan.
Setelah diberi doa oleh seorang ulama setempat lopis raksasa tersebut lansung menjadi rebutan ribuan warga. Meski saling dorong antar sesama warga untuk berebut mendapatkan potongan kue lopis raksasa tersebut namun tidak menyurutkan niat warga untuk ikut memeriahkan acara ini. Tak sedikit kaum ibu dan remaja putri ikut memperebutkan kue lopis raksasa yang akhirnya berjatuhan ketanah dan saling tindih.
Warga percaya jika bisa mendapatkan potongan lopis serta menyantapnya akan mendapatkan berkah dan didekatkan jodohnya. Maka tak heran acara rutin setiap tahun ini selalu dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Pada siang harinya acara Syawalan dimeriahkan dengan menerbangkan balon plastik raksasa.
Bagi masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah, merayakan Hari Raya Idul Fitri rasanya belum lengkap jika tidak mengunjungi tradisi Syawalan atau Perayaan Sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri yang digelar di desa Krapyak Kidul. Perayaan Syawalan ini juga sering disebut dengan istilah Krapyakan karena kegiatannya dipusatkan dikelurahan Krapyak Kidul.
Tradisi Syawalan ini sudah ada sejak tahun 1950. Tradisi ini digagas oleh para ulama untuk syiar Islam dan mempererat tali silahturahmi antar warga. Ukuran lopis dari tahun ketahun selalu bertambah besar. Lopis yang diperebutkan warga memiliki makna tersendiri. Lopis yang terbuat dari beras ketan ini bermakna sebagai perekat persatuan dan kesatuan antar umat Islam. Sedangkan, tali tambang yang melilitnya sebagai simbol hubungan manusia dengan Tuhannya. Lopis raskasa ini menghabiskan 2,5 kwintal beras ketan dan 270 lembar daun pisang. Ketan direbus dengan dandang raksasa selama 3 hari 3 malam. Pembuatan lopis ini menelan biaya sebesar Rp. 8 juta yang dihimpun dari warga sekitar.
(NURAKHMAYANI)