Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perayaan Menyambut Ramadhan “Karnaval Dugderan” Semarang

Karnaval Dugderan yang menjadi tradisi tahunan masyarakat Kota Semarang dalam menyambut datangnya Bulan Puasa 2015 berlangsung dengan meriah.

Para peserta karnaval Dugderan sudah tampak menyemut di Balai Kota Semarang, Selasa siang, yang menjadi titik rute awal sebelum berkonvoi menuju Masjid Agung Kauman Semarang.

Tampak dalam karnaval Dugderan itu, perwakilan dari kecamatan-kecamatan di Kota Semarang, antara lain Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Barat, Pedurungan, Genuk, dan Banyumanik.

Pelajar yang mewakili sekolah juga terlihat, seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tjendekia Puruhita Semarang yang mengenakan pakaian adat dan pernak-pernik khas Dugderan.

Ikon khas Kota Semarang, yakni Warak Ngendog yang merupakan binatang imajiner perpaduan kambing dan naga ditampilkan dalam bentuk replika oleh masing-masing peserta Dugderan.

Kembang manggar yang dibuat dari lidi berbalut kertas minyak berwarna-warni yang menjadi ikon khas Dugderan serta kesenian liong dan barongsai yang atraktif juga ikut dalam karnaval tersebut.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan karnaval Dugderan merupakan tradisi yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kota Semarang sebagai penanda segera datangnya Ramadhan.

“Termasuk pada tahun ini. Ini (karnaval Dugderan, red.) sebagai tanda bulan Ramadhan segera tiba. Namun, kami tetap menunggu pemberitahuan pemerintah tentang awal puasa,” katanya.

Dugderan, kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi itu, mengatakan menjadi pelestarian tradisi turun temurun untuk menghormati para pendahulu yang bisa semakin menarik wisatawan.

Pada kesempatan itu, Hendi beserta istri, Krisseptiana Hendrar Prihadi, menaiki bendi menuju Masjid Kauman Semarang untuk pembacaan shuhuf ulama sebagai simbol penentuan awal puasa.

Belasan bendi yang dinaiki para pejabat, di antaranya Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi dan jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) mengiringi bendi yang dinaiki wali kota.

Pada tradisi Dugderan itu, Hendi berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat, yakni Bupati Semarang yang pertama kali menggelar tradisi Dugderan pada 1881.

Proses pembacaan shuhuf diikuti penabuhan beduk dan bunyi dentuman meriam, pembagian kue ganjel rel, dan air hataman Al Quran, dilanjutkan kirab menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Di MAJT Semarang, Wali Kota Semarang akan menyerahkan shuhuf atau keputusan ulama kepada Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo yang diperankan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Ribuan masyarakat, baik yang berasal dari Kota Semarang maupun sekitarnya, memenuhi pinggir jalan protokol di sepanjang rute karnaval, mulai Jalan Pemuda sampai MAJT Semarang.

antarajateng.com

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/