Menapak tilas 12 tahun silam, Indonesia diselimuti duka yang sangat dalam akibat peristiwa tsunami dahsyat di Aceh pada 26 Desember 2004. Dalam rangka memperingati peristiwa ini, Pemprov Nanggore Aceh Darussalam menyiapkan pesona destinasi wisata dari tsunami heritage. Para wisatawan diajak mengingat bencana dahsyat yang sempat meluluhlantakkan Bumi Serambi Mekkah.
“Peringatan 12 tahun bencana Tsunami di Aceh akan dipusatkan di Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh pada Senin, 26 Desember 2016,” jelas Kadisbudpar Aceh, Reza Pahlevi yang didampingi Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani, Selasa (20/12).
Setelah 12 tahun tenggelam dalam kepahitan, Aceh akhirnya mampu untuk bangkit kembal dengan membangun kembali infrastruktur. Obyek wisata yang terdiri atas tsunami heritage, bahari, danau, bawah laut yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Aceh makin banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan, menjelang akhir tahun ini, Aceh ikut mendonasikan dua dari 12 gelar juara dunia yang disambar Indonesia di World Halal Tourism Award 2016 yang digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blangbintang Aceh Besar terpilih sebagai World’s Best Airport for Halal Travellers. Satu gelar lainnya disumbang Aceh lewat kategori World’s Best Halal Cultural Destination. “Ini merupakan bukti nyata bagi kita semua. Sikap yang diambil rakyat Aceh adalah sikap kemandirian, kegigihan serta semangat sehingga tidak selamanya kita bergantung dan mengharapkan bantuan dari luar,” ujar Reza.
Peringatan 12 Tahun Tsunami Aceh mengusung tema “Majukan Negeri Bangun Budaya Siaga Bencana Masyarakat.”Reza berharap seluruh lapisan masyarakat bisa terus melahirkan perilaku kreatif, inovatif dan amanah serta semangat untuk terus membangun Aceh lebih baik.
Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani juga mengungkapkan bahwa peringatan 12 tahun Tsunami di Aceh kali ini tidaklah dilakukan secara masif. Skalanya tidak sebesar peringatan 2014 yang memasuki satu dekade. “Ini bukan berarti memperkecil makna dan filosofi peringatan itu sendiri. Sebaliknya, peringatan itu sendiri dilakukan semata-mata untuk selalu mengenang kembali kejadian gempa dan tsunami dan berterima kasih kepada masyarakat nasional dan internasional yang telah pernah membantu masyarakat Aceh,” paparnya.
Ulee Lheue dipilih menjadi lokasi Peringatan 12 Tahun Tsunami Aceh dengan berbagai pertimbangan. “Ulee Lheue telah menjadi daya tarik wisata dan ikon kebangkitan masyarakat. Masjid Baiturrahim Ulee Lheue yang didirikan sekitar abad ke-17 masa Kesultanan Aceh juga tidak luput dari hantaman gelombang tsunami, namun menjadi satu-satunya bangunan yang mampu berdiri tegak dan saksi sejarah serta menjadi ikon kebangkitan masyarakat setempat,” ungkapnya.
Kini, Masjid Baiturrahim Ulee Lheue dengan desain dan arsitekturnya yang indah memang sudah bertransformasi menjadi salah satu masjid yang sering dikunjungi wisatawan. Banyak wisatawan Malaysia menjadikan masjid ini sebagai tempat transit untuk melakukan salat sebelum melanjutkan perjalanan wisata ke Kota Sabang.
Ada banyak kegiatan yang sudah disiapkan Pemprov Aceh dalam acara Peringatan 12 Tahun Tsunami di Aceh. Di antaranya zikir, doa dan santunan anak yatim yang akan dipimpin oleh Ust. Tgk. Jamhuri Ramli SQ akan digelar pada Minggu, 25 Desember mendatang pada pukul 08.30 WIB di Taman Sulthanah Safiatuddin Banda Aceh. Ziarah ke kuburan massal akan dilaksanan pada Senin, 26 Desember pukul 07.30 WIB di Kuburan Massal Ulee Lheue – Banda Aceh.
Setelah itu, ada upacara Peringatan Tsunami yang digelar Senin, 26 Desember pukul 09.00 WIB di Masjid Baiturrahim Ulee Lheue – Banda Aceh. Adaj uga Tausyiah Tsunami yang akan disampaikan Ust. Bachtiar Nasir, Lc dan makan siang (kenduri) bersama masyarakat. Kegiatan pendukungnya lainnya ada Lomba Marathon 10K Tsunami Games di Kabupaten Aceh Jaya yang digelar Dispora Aceh. Selain itu, ada Dialog “Daerah Bencana menuju Masa Depan” – Aceh dan Jepang bersama The Laboratory for Global Dialogue, Pameran Foto Tsunami yang digelar Metro Group, dan berbagai komunitas di Aceh dan Jepang yang menggelar sejumlah kegiatan pendukung lainnya.
Wisatawan juga bisa mengunjungi lokasi yang terdampak tsunami yang kini sudah bertransformasi menjadi daerah tujuan wisata. Di deretan teratas ada Monumen Aceh Thanks to the World di Lapangan Blang Padang. Di sekeliling lapangan, ada monumen yang bertuliskan kata ‘Terima Kasih’ dan ‘Damai’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa puluhan negara yang telah membantu Aceh. Lalui, ada Kapal di Atas Rumah (Boat on the Roof) di Lampulo, Banda Aceh. Situs peristiwa tsunami ini merupakan sebuah kapal feri yang berlabuh di atas atap rumah penduduk. Di dalam situs ini terdapat informasi detail tentang apa yang dialami kapal tersebut sewaktu peristiwa tsunami.
Wisatawan juga bisa berkunjung ke Kapal PLTD Apung I di Desa Punge, Blang Cut, Jaya Baru. Kapal ini merupakan kapal yang terdampar ke tengah daratan. Bedanya, Kapal PLTD Apung I ini ukurannya lebih besar. Di sekitar pintu masuk situs ini terdapat monumen tsunami. Pengunjung dapat naik langsung ke bangkai kapal ini untuk melihat pemandangan kota dari atas kapal.
Ada Taman Edukasi Tsunami yang berlokasi dekat dengan kapal PLTD Apung I. Luasnya 4500m3 dan berlokasi di Desa Punge, Blang Cut, Jaya Baru, Banda Aceh. Taman ini menyediakan informasi tentang tsunami, kesaksian sejarah, serta foto-foto tsunami di Aceh. Selain itu, taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, termasuk taman bermain, teater, dan fasilitas publik seperti rest area.
Museum Tsunami di Jalan Sultan Iskandar Muda juga bisa menjadi pilihan destinasi wisata. Pintu masuk museum ini dihiasi dengan helikopter yang merupakan salah satu peninggalan dari bencana tsunami 12 tahun lalu. Istimewanya, di museum ini memiliki jalur khusus sehingga wisatawan tidak akan melewatkan ruang kenangan yang ada di dalamnya. Dilihat dari luar, bentuk museum ini seperti memiliki cerobong kapal, namun jika dilihat dari dalam ternyata itu dekorasi lafadz Allah.
Masjid Baiturrahman, juga patut disambangi karena salah satu masjid terbesar di Aceh. Ketika diterpa tsunami, bangunan masjid ini selamat dan hanya terdapat kerusakan kecil saja. Bahkan, ketika itu, masjid ini dijadikan tempat perlindungan masyarakat Aceh dari serbuan gelombang tsunami. Masjid Rahmatullah di Pantai Lampuuk, Lhoknga juga menjadi masjid ini juga selamat dari serangan badai tsunami. Pantai Lampuuk sendiri terkenal dengan pasir putih dan mulai digunakan sebagai tempat selancar internasional. Saat tsunami, masjid Rahmatullah merupakan satu-satunya bangunan yang masih berdiri kokoh di antara puing-puing kehancuran bangunan lainnya.
Wisatawan juga tak boleh melewatkan Kubah Masjid Al-Tsunami. Kubah masjid dengan berat 80 ton ini berada di Desa Gurah, Peukan Bada, Aceh Besar. Kini kubah tersebut dikenal dengan sebutan Kubah Masjid Al-Tsunami. Saat tsunami menghantam 2004 silam, seluruh bangunan masjid rusak dan hanya menyisakan kubah berdiameter 4×4 meter ini. Kubah terseret arus sejauh 2,5 kilometer dan beberapa orang dikabarkan selamat berada di dalamnya.
travel.detik.com/kemenpar/Image krjogja.com