Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Situs Diduga Altar Pemujaan Era Kerajaan Kediri

Sebuah altar tempat pemujaan era Hindu pada masa Kerajaan Kediri yang terbuat dari struktur batu bata berukuran besar ditemukan di sebuah lahan yang hendak dimanfaatkan untuk kolam ikan di Dusun Sumberjo, Desa Tunglur, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Menurut Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, bangunan tersebut diindikasikan peninggalan era Kerajaan Kediri karena terpendam di dalam tanah dengan kedalaman hampir mirip dengan situs Tondowongso di Desa Tondowongso, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, jarak keduanya kurang lebih 15 kilo meter.

BPCB Trowulan mengaku setelah menerjunkan tim untuk melakukan ekskavasi dengan hasil sementara bangunan tersebut diindikasikan sebagai altar pemujaan era Kerajaan Kediri.

Menurut pemilik lahan, Anik, penemuan bangunan bersejarah itu berawal saat dirinya menggali tanah di kebun miliknya untuk kolam ikan. “Pada saat menggali saya menemukan batu bata merah berukuran besar. Kemudian dilaporkan kepada perangkat desa setempat,” katanya kepada merdeka.com.

Laporan penemuan batu bata merah besar itu kemudian ditindaklanjuti oleh BPCB Trowulan dengan menerjunkan tim untuk melakukan ekskavasi. Setelah melalui proses penggalian selama tiga hari akhirnya ditemukan tiga bangunan menara dari struktur batu bata dan dua buah arca dari batu yang kini telah dibawa ke BPCB Trowulan.

Menurut Ketua Tim Ekskavasi Nugroho Harjo Lukito, bangunan semula diperkirakan peti retakan karena mirip menara di Candi Tikus. “Setelah digali ternyata tampak sebuah altar besar yang merupakan bangunan perwara,” kata Nugroho.

Ditambahkan Nugroho, bila melihat bangunan tersebut, besar kemungkinan dahulunya di atas ketiga bangunan tersebut diyakini terdapat tiga buah arca dewa.

“Kesimpulan itu diambil karena tim ekskavasi mengetahui jika sebelumnya juga ditemukan sebuah lingga sempurna yang memiliki bagian Siwabaga, Wisnhubaga dan Brahamabaga, dimana masing-masing dewa terletak di atas bangunan menara,” ujarnya.

Menurut Nugroho, bangunan tersebut diindikasi sebagai sebuah tempat pemujaan era Kerajaan Kediri. Sebab ketika tim melakukan perbandingan komprehensif dengan temuan situs Tondowongso, kedalaman bangunan serta arsitekturnya hampir sama.

“Akan tetapi tim belum mengetahui apakah altar tersebut diperuntukkan bagi kalangan kerajaan atau masyarakat biasa. Tetapi jika melihat bentuk fisiknya disinyalir untuk masyarakat biasa,” tuturnya.

Tim ekskavasi merekomendasikan agar dilakukan penelitian lebih lanjut hingga ditemukan pagar pembatas suci di sekitar bangunan.

“Penelitian tersebut penting mengingat berdasarkan penilaian tim struktur bangunan yang ditemukan tersebut sangat bagus karena utuh dan di Kediri tergolong langka. Selain itu tim juga merekomendasikan juru pelihara dan perawat yang bertugas melindungi bangunan itu dari kerusakan dan teruruk karena posisinya berada di dalam,” tuturnya.

Sementara itu lahan kebun yang hendak dimanfaatkan untuk kolam ikan tersebut, menurut Anik, istri dari Romli pemilik lahan, kini menjadi ramai dikunjungi masyarakat.

“Alhamdulillah jadi ramai sekarang. Saya juga berharap Pemkab Kediri bisa mengganti lahan ini dengan lahan yang lain. Dan kedua Alhamdulillah BPCB juga telah menunjuk anak saya sebagai juru pelihara dan diusulkan untuk mendapatkan gaji,” ujarnya.

Sumber : merdeka.com

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/