Situs Taman Kera dan Petilasan Sunan Kalijaga adalah tempat wisata terakhir di kota Cirebon yang kami kunjungi sebelum pergi ke Gua Sunyaragi, dan lalu ke Stasiun Kejaksan untuk kembali ke Jakarta. Situs Taman Kera dan Petilasan Sunan Kalijaga di Cirebon ini diperkirakan sudah ada mulai abad ke-17 sebagaimana terlihat pada tengara Benda Cagar Budaya di jalan masuk ke situs.
Tengara yang dibuat oleh pemerintah setempat untuk Situs Taman Kera dan Petilasan Sunan Kalijaga. Masyarakat setempat mempercayai bahwa situs ini merupakan petilasan Sunan Kalijaga ketika sang Sunan melaksanakan kegiatan penyebaran agama Islam di daerah Cirebon.
Jalan dengan yang ditutup dengan paving block menuju ke lokasi Petilasan Sunan Kalijaga, yang berjarak kurang dari 100 meter dari tepian jalan, tempat dimana kendaraan diparkir. Di sebelah kiri adalah sebuah sungai yang memisahkan jalan dengan Hutan Kalijaga, tempat dimana hidup sekelompok kera ekor panjang.
Hutan Kalijaga kabarnya merupakan satu-satunya wilayah konservasi hutan yang masih tersisa di Cirebon. Meskipun di hutan Kalijaga ini hidup sekitar 50 ekor monyet ekor panjang, namun tidak banyak yang keluar ke jalanan ketika kami datang. Populasi monyet ini tampaknya mulai menurun.
Di dalam bangunan kayu beratap genting dengan pintu masuk berupa gapura gaya Majapahitan inilah situs Petilasan Sunan Kalijaga berada. Sunan Kalijaga yang lahir sekitar tahun 1450 dengan nama Raden Said adalah putera Tumenggung Wilatikta yang ketika itu menjabat sebagai Adipati Tuban.
Pintu dan gapura Majapahitan berbentuk tak simetris ini adalah pintu masuk ke dalam situs Petilasan Sunan Kalijaga yang tampaknya dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Hanya gapura dan pintu ini yang masih asli. Di sebelah kiri bangunan ini terdapat sebuah tempat untuk mengambil air wudlu bagi mereka yang berziarah untuk mengalap berkah. Makam Sunan Kalijaga sendiri sebenarnya berada di Desa Kadilangu, di dekat kota Demak.
Kotak sumbangan di depan pintu situs Petilasan Sunan Kalijaga. Sumbangan dan tiket masuk memang sangat diperlukan bagi keberlanjutan sebuah situs wisata semacam ini, asalkan pengurus secara disiplin menyisihkan sekian persen dari dana yang masuk untuk dana perawatan dan perbaikan.
Beberapa peziarah tampak melintas di depan Bangunan Petilasan Sunan Kalijaga. Pengurus Petilasan Sunan Kalijaga tampak sibuk memberi instruksi ketika serombongan peziarah yang menggunakan sebuah bus besar mulai memasuki pelataran situs.
Seekor monyet ekor panjang tampak melintas dengan cepat dari Hutan Kalijaga. Kera-kera ini hidup berkelompok di bagian utara dan selatan hutan Kalijaga yang luasnya tinggal 5 ha, dan terkadang mereka pun ribut dan terlibat tawuran jika bertemu dan berebut makanan.
Hutan Kalijaga dimana para gerombolan kera bermukim. Sunan Kalijaga, salah satu Waling Songo yang dianggap paling sakti, diperkirakan wafat dalam usia lebih dari 100 tahun. Semasa hidupnya Sunan Kalijaga ikut merancang pembangunan Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Ia menggunakan pendekatan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana dalam berdakwah, seperti pemakaian gamelan, seni ukir, cerita wayang, serta suluk.
Sumber : thearoengbinangproject.com