Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tradisi Besale Suku Pedalaman Jambi

Upacara ritual “Besale” merupakan upacara ritual yang dilakukan oleh Komunitas Adat Terpencil- suku anak dalam yang hidup di berbagai kawasan hutan di Propinsi Jambi, upacara ini merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya, dan kelestariannya dimungkinkan oleh fungsinya bagi kehidupan masyarakat, dan seperti upacara upacara ritual lainnya yang ada di Indonesia akan mengalami kepunahan bila tidak memiliki fungsi sama sekali.

Masyarakat suku anak dalam tradisional   merupakan suku terpencil yang masih sedikit mengalami perubahan sosial,sku anak dalam di   Propinsi Jambi suku anak dalam masih kuat dalam memegang tradisi leluhur mereka, mereka masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Masyarakat suku anak dalam masih mempercayai roh roh sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan yang Ghaib       dan Dewa istilah ethnic mereka Dewo-Dewo       , mereka mempercayai kekuaran yang tersembunyi , dimata   suku anak dalam dewo ada yang mendatangkan kebaikkan   dan ada   yang   mendatangkan kejahatan,         hampir seluruh kehidupan sosial budaya suku anak dalam di Propinsi Jambi   khususnya yang berada di kantong kantong pemukiman di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas dan hutan hutan belantara yang ada di Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin selalu dekat dengan alam dan kehidupan kebudayaan tradisional

Sistim kehidupan , pernikahan,   melahirkan,   pengobatan dan kematian selalu   dikaitkan dengan kehadiran roh roh atau Dewo Dewo      upacara ritual   pengobatan   dan penyampaikan permohonan kepada roh roh dan Dewo dilakukan melalui Proses ritual “Besale”, kegiatan ini dilakukan secara bersama sama dipimpin oleh Temenggung dan seorang dukun yang disebut malin.Sebelum ritual Besale dilakukan, masyarakat atau keluarga suku anak dalam terlebih dahulu mempersiapkan sesajian berupa berbagai macam hasil meramu,kemenyan sejumlah hewan buruan.Kegiatan ini biasanya dilakukan pada menjalang dini hari,dan beberapa kelompok suku anak dalam melakukan Ritual Besale ketika menjelang bulan purnama.

Setelah semua kelengkapan Besale di lakukan Temenggung dan Malim memimpin ritual dengan membaca mantera mantera, pembacaan mantera di lakukan secara khusuk,menjelang acara pokok dimulai para anak dalam melaksanakan acara menari seperti tari lalak gendang dqan tari elang, suara bunyi bunyian bernuansa alam menyelimuti keheningan malam.

Saat malin memimpin acara pengobatan, semua warga tidak boleh bersuara,orang luar suku anak dalam dilarang berada di lokasi Besale,bahkan suara binatang hutan termasuk kucing dan anjing dilarang mendekat lokasi, bilaterdengar suara anjing,kucing atau suara burung malam ,si malim mendadak pingsan,bila Malim pingsan acara dihentikan hingga Malim kembali siuman.dan dilanjutkan kembali hingga menjelang fajar menyingsing di ufuk timur.

Hasil pemantaua Penulis dan wawancara dengan seniman Jambi Azhar,Mj dan harun Nahri menyebutkan bahwa di komunitas Suku Kerinci,Suku Batin dan suku pindah, ditemui banyak kesamaan dengan kebudayaan suku kubu,orang orang suku kerinci dan suku batin pada zaman dahulu juga menganut kepercayaaan animisme dan dinamisme,mereka mempercayaai kekuatan roh roh,dalam tata cara pengobatan mereka juga melakukan acara ritual dan membaca mantera-mantera.

Saat ini karena arus informasi dan komunikasi dan pengaruh ajaranagama Islam, kepercayaan animisme pada suku suku kerinci dan suku batin telah bergeser ,agama Islam dengan tegas   telah   melarang melakukan pemujaan terhadap roh roh termasuk memuja pohon pohon dan binatang yang sebelumnya diyakini sebagai tempat bersemayam nya para roh roh dan jin /.

Namun tinggalan tingalan kebudayaan masa lampau itu hingga saat ini sebagian masih tetap dipertahankan oleh masyarakatnya setelah sebelumnya dilakukan seleksi.    Sebagai contoh, orang suku Kerinci sampai saat ini masih menggunakan   tarian ritual ,Asyek” tari ngagah harimau upacara nanak ulu tahun, upacara Ngayun Luci. Upacara Baselang Nuai pada masyarakat suku melayu jambi, upacara turun kesawah pada masyarakat Batin Kabupaten Sarolangun dan sebagian Merangin   dll, sebelum upacara juga dilakukan acara meletakkan sesajian yang di buat khusus oleh dukun.

Sejak masuknya pengaruh agama Islam upacara ritual tersebut mulai berkurang,acara ritual tersebut digunakan untuk antraksi kebudayaan yang digelar pada kegiatan Festival atau sewaktu nyambut kunjunngan tamu tamu kehormatan ,mantra mantra juga telah mendapat pengaruh dari agama Islam.

Bagi suku asli Jambi yang berasal dari suku kubu juga memiliki tradisi Melangun, bila ada salah seorang dari anggota masyarakat suku anak dalam yang meninggal dunia,atau mengalami sakit parah yang tidak dapat di obati,maka suku anak dalam akan meninggalkan jenazah atau suku anak dalam yang sakit parah.

Peristiwa Kematian merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan bagi suku anak dalam,dan mereka akan pindah atau Melangun ke lokasi lain,mereka beranggapan daerah itu adalah lokasi yang sial.

Bila terjadi peristiwa kematian, terutama perempuan suku anak dalam sambil berjalan menangis sejadi sadinya, mereka meraung raung dan meratapi kematian angggota keluarganya,dan mereka tidak akan pernah menoleh kebelakang,mereka pergi meninggalkan si jenazah,dan untuk mengurus penyemayaman jenazah di lakukan oleh suku anak dalam di luar kelompok mereka.

Jenazah suku anak dalam dibawa oleh 3-5 orang warga masuk kedalam hutan belantara,mereka membuat Bale bale sekitar 1,5 -2 meter dari tanah,dan meletakkan Jenazah di atas bale bale dan menutupi bale bale dengan atap daun atau plastic ,mayat suku anak dalam tradisional dalam tidak pernah di kubur,konon jenazah suku anak dalam dijadikan santapan binatang binatang liar.

Sumber : Budhi VJ

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/