Bertempat di Gedung Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Gianyar diadakan Workshop kerjasama Pusat Kajian Budaya Bali dengan pemerintah Daerah Gianyar. Workshop Kebudayaan mengangkat Thema Warisan Trans Budaya Berbasis Keharmonisan dengan pemakalah Prof. Ben Lang dari university of Singapura, Prof. Yekti Maunati dari LIPI, DR. Ang ming Chee General Manager George Town Penang dan I Gusti Anindya Putra dari Pemko Denpasar dengan Moderator prof. Ardana.
Workshop Kebudayaan ini dibuka oleh Deputi V Menko PMK Dr. Haswan Yunas. Dalam sambutannya, Deputi V sangat mendukung kegiatan berbasis budaya ini. Apalagi saat ini banyak sekali kegiatan dari Pemerintah Gianyar yang berbasis budaya dan umumnya di Bali yang bisa memberi inspirasi bagi daerah lain. Gianyar sebagai anggota Kota Pusaka bisa menjadi contoh bagi daerah lain, bagaimana budaya menjadi motor penggerak.
Setelah dibuka oleh Deputi V kemenko PMK, Hilmar Farid Dirjen Kebudayaan Kemendikbud yang menjadi Pembicara kunci menyampaikan paparannya. Hilmar Farid menyampaikan supaya menjadikan Kebudayaan itu menjadi Hulu dari semua. Beliau menjadikan contoh bagaimana Pemerintah Inggris mengeluarkan uang yang banyak untuk menginvestasikan merestorasi budaya dan juga Kota-kota Tua yang ada disana. Sekarang triliunan uang yang masuk dari turis yang datang melihat dan merasakan budaya disana Tiap tahun.
Presiden sendiri juga mengungkapkan kegelisahan terhadap konseb umum kebudayaan, Hal ini diungkapkan pada saat Dirjen dipanggil presiden menghadap dengan Mendikbud. Padahal jelas-jelas dipembukaan UUD 45 disebutkan bahwa kebudayaan merupakan harga diri Bangsa Indonesia. Sangat jelas arah dan tujuan dirumuskan dengan padat dan singkat dijelaskan Pembukaan UUD45.
Beliau juga menyampaikan kutipan oleh Ki Hajar Dewantara yang diucapkan pada tahun 1930, Untuk menjadi modren kita tidak harus melihat ke Barat. Untuk itu, kebudayaan harus diletakan di Hulu. Dirjen menuntut peran sentral dari kemenko PMK sebagai Koordinator. Apalagi sekarang dengan slogan revolusi Mental, tidak dijadikan bahwa Kata kuncinya ada di kebudayaan. Seperti Kata Bung Karno, Kemerdekaan adalah jembatan emas dan kebudayaan adalah alat bagi kesejahteraan rakyat.
Sementara itu, Bupati pada saat menyampaikan pidato selamat datangnya. Beliau menyampaikan ucapan terimakasih kepada panitia. Ini sesuai dengan semangat kabupaten Gianyar sebagai anggota Kota Pusaka yang menjadikan Kebudayaan sebagai Kompas bagi keberlangsungan pemerintah Kabupaten Gianyar. Gianyar yang kaya akan tinggalan budaya dan seni memegang teguh Kebudayaan yang telah diturunkan oleh generasi terdahulu. Bupati juga memberikan apresiasi atas kedatangan pejabat pusat dan berharap kegiatan ini memberikan kontribusi khususnya kepada kabupaten Gianyar khususnya dan Bali umumnya.
Setelah sesi coffee brak Moderator prof. Ardana yang juga kepala Pusat Studi Budaya Bali mengundang para narasumber yang terdiri dari Prof. Goh Ben Lang dari National University of Singapura. Beliau menyampaikan prioderisasi dalam sejarah kebudayaan di Asia. Pada masa Jaman bergerak 1900-1920 lahir tokoh-tokoh besar seperti Kemal Ataturk dari Turki, Jose Rizal dari Philippine, Tan Malaka dan banyak tokoh lain yang hadir pada masa tersebut. Begitu juga penguasaan dan jalur perjalanan menuju penguasaan wilayah.Sedangkan Dr. Ang Ming Chee General Manager George Town, lembaga yang bertanggung jawab pada kawasan Kota pusaka di Geore Town yang diakui sebagai warisan dunia.
Dr. Ang mengingatkan perlunya menajemen pengelolaan dan komunikasi yang baik dengan stakeholder pusaka yang ada di Georgetown. Hubungan dengan pemerintah menjadi sangat penting, karena produk yang dikeluarkan menjadi produk dari pemerintah Georgetown. Georgetown ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan dunia 2008 dan lebih sepuluh tahun pengajuannya. Dengan luas kawasan tempatan 259.42 Ha, dan kurang lebih ada 5000 bangunan dikawasan tersebut perlu peraturan yang tegas. Kesulitan lain bagi kota Georgetown adalah kekurangan ahli dari Putra daerah. Biasanya kalau sudah sekolah keluar, susah untuk pulang ke negerinya. Dr. Ang sendiri kembali ke Georgetown setelah 15 tahun sekolah diluar.
Prof. Yekti periset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyampaikan perlunya Budaya lokal dan kaitannya dengan Identitas. Beliau menyontohkan kebudayaan Dayak yang menjadi penelitiannya. Budaya menjadi kekuatan serta idintitas serta harga diri. Sedangkan pembicara terakhir lebih banyak memaparkan persentasi Kota Pusaka Denpasar.