Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asal Muasal Berdirinya Tiga Candi di Pasuruan

Indonesia merupakan bangsa besar yang memiliki beragam warisan budaya yang kaya raya. Salah satu jejak peninggalan tingginya peradaban Indonesia di masa lampau ialah candi.

Ada banyak candi yang hingga saat ini masih dapat disaksikan sebagai saksi bisu keberadaan kerajaan-kerajaan nusantara.

Namun, berdirinya sebuah candi tentu tak dapat terlepas dari asal usul yang melatari pembangunannya. Salah satunya adalah candi yang terdapat di Pasuruan, Jawa Timur.

Di sana ada tiga candi yang keberadaannya ternyata menyimpan kisah mistis mencengangkan.

Candi Belahan

Candi Belahan berada di Dusun Belahan Jowo, Desa Wonosonyo, Kecamatan Gempol atau tepatnya di sebelah timur Gunung Penanggungan. Candi tersebut konon dibangun sebagai tempat pemandian bagi kedua permaisuri Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. Kedua permaisuri itu yakni Dewi Laksmi dan Dewi Sri.

Itulah sebabnya bila di candi itu terdapat dua patung berwujud perempuan. Menurut cerita, candi ini juga disebut Candi Sumber Tetek. Sebab, di salah satu patung, yaitu patung Dewi Laksmi tepat di bagian payudaraya mengeluarkan air jernih.

Air yang berasal dari candi tersebut diyakini masyarakat melambangkan kesuburan, sehingga airnya sangat diburu. Mitos lain, air itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, menghindarkan diri dari malapetaka, bahkan bisa membuat seseorang menjadi awet muda.

Candi Gunung Gangsir

Berbicara soal Candi Gunung Gangsir di Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji atau sekira lima kilometer dari pusat Kota Bangil, erat kaitannya dengan sosok Mbok Rondo Darmo.

Seorang perempuan yang asal usulnya tidak diketahui itu semasa hidupnya berinisiatif mengajak masyarakat untuk meminta petunjuk kepada Hyang Widi guna mengatasi masalah kekurangan bahan pangan.

Daerah ini dahulu konon merupakan lahan subur. Namun ironis, masyarakat tidak mengerti cara mengelola lahan pertanian dan sumber pangan sehingga hanya mengandalkan berburu binatang saja. Nah, saat eksistensi hewan mulai amat berkurang, masyarakat pun dilanda kelaparan.

Hingga akhirnya, hewan sebangsa burung gelatik menjatuhkan biji padi di daerah tempat Mbok Rondo, yang kemudian langsung berbuah. Saat kulit buahnya dibuka, ternyata berisi emas. Alhasil, Mbok Rondo Darmo alias Nyi Sri Gati dan masyarakat di daerah itu mendadak menjadi kaya raya. Peristiwa itulah yang mengajarkan masyarakat bercocok tanam dan lambat laun meninggalkan kebiasaan berburu hewan.

Itulah sebabnya pada ornamen candi di setiap sisi-sisinya banyak ditemui relief bergambar tanaman seperti padi, kapas, maupun tanaman palawija. Selain itu, candi ini juga terdapat ornamen hewan seperti gajah, buaya, babi, anjing, dan kuda terbang yang merupakan simbol kemakmuran.

Candi Jawi

Candi Jawi merupakan candi yang menggambarkan kemegahan kultur nusantara di masa lalu di Pasuruan. Bangunan bersejarah ini adalah peninggalan era Kerajaan Singasari yang berada di Desa Candi Wates.

Berdirinya candi ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewayadnya. Konon, Candi Jawi

ini juga digunakan sebagai tempat menyimpan abu jasad Raja Kartanegara.

Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa Candi Jawi merupakan kuil yang diperuntukkan sebagai tempat pemujaan para dewa. Secara arsitektur, Candi Jawi terlihat menyerupai pagoda dengan tiga tingkatan.

Bagian atas hingga badan candi terbuat dari batu putih, sedangkan bagian bawah seluruhnya menggunakan batu andesit. Candi bercorak Hindu-Buddha ini terlihat lebih canntik lantaran ditunjang latar belakang candi berupa pemandangan pegunungan yang eksotik.

news.okezone.com

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/