Kota Banda Aceh dikukuhkan sebagai Destinasi Wisata Islami Dunia atau “World Islamic Tourism”. Peluncuran dilakukan di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata di Jakarta, Selasa (31/3), dengan menghadirkan Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, CEO PATA Indonesia Chapter Poernomo Siswoprasetijo, serta Menteri Pariwisata Arief Yahya. PATA dan Pekot Aceh menandatangani MoU kerja sama untuk mempromosikan Banda Aceh sebagai World Islamic Tourism.
Menpar Arief Yahya mengutarakan bahwa Banda Aceh harus berani membidik pasar wisatawan, khususnya turis dari tiga negara, yakni dari Timur Tengah, Malaysia dan Tiongkok. Selain itu, perlu memikirkan pula produk wisata apa yang cocok untuk ketiga wisaman tersebut. Menurut dia, Aceh tidak punya masalah infrastruktur jalan karena cukup bagus. Banda Aceh tinggal rajin melakukan branding dan promosi.
Saat ini wisatawan Muslim (dunia) yang berwisata ke Indonesia sekira 2,4 juta orang. Angka itu sesuai rata-rata kunjungan Muslim dunia tetapi seharusnya angka tersebut bisa lebih besar karena Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Kementerian Pariwisata akan membantu promosi destinasi wisata Banda Aceh melalui branding Banda Aceh sebagai kota wisata Islami dunia. Selain itu juga akan mengangkat beberapa event wisata yang ada di sana, serta penjualan akan diupayakan kementerian pariwisata dengan pameran dan memberikan diskon harga untuk mengangkat minat wisatawan Nusantara dan mancanegara.
Menpar Arief Yahya menjelaskan bahwa Banda Aceh sangat mampu menjadi destinasi wisata religi. Wisata religi pun laku untuk dijual jika memiliki keterkaitan antara agama dan budayanya. Hal itu speerti sudah dilakukan di Vatikan dan Sungai Gangga. Bahkan, Aceh memiliki kelebihan dengan potensi wisata kuliner dan fashion yang tinggal dikembangkan.
“Kita berani tidak mensegmentasi dan menarget market? Wisatawab Malaysia lebih banyak ke Bandung daripada ke Aceh padahal lebih jauh. Mereka cari fashion dan food di Bandung,” ungkap Arief.
Selain itu, Menpar juga menambahkan sektor agama dan budaya di Aceh memiliki koneksi kuat untuk dijual sebagai wisata.
“Sama seperti Bali dengan filosofi kekuatan ajaran agama, budaya dan pariwisata yang bersatu, Aceh juga kuat daya tariknya dengan produk wisata alam dan proses ajaran kebudayaan religi syariat islamnya,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal dalam sambutannya memaparkan bahwa daya tarik adalah Banda Aceh secara islami yaitu sebagai kota syariah satu-satunya di Indonesia. Banda Aceh merupakan kota spritual yang memiliki nilai heritage dan sejarah yang kuat. Kota Banda Aceh sebagai bagian Provinsi Aceh memiliki keistimewaan dalam mengelola daerah secara islami. Dengan keistimewaan tersebut, Wali Kota Banda Aceh mengharapkan Banda Aceh dapat menjadi Kota Wisata Islami Dunia.
Illiza menambahkan tsunami sepuluh tahun lalu telah menggugah berbagai negara seluruh dunia bergandengan tangan membantu merehablilitasi dan merekonstruksi pembangunan kembali Aceh. Masjid Raya Baiturrahman sebagai landmark Banda Aceh pun tahun ini akan dibangun layaknya masjid seperti di Madinah.
“Banda Aceh siap sebagai kota wisata Islami didukung dengan kota yang kini telah menjadi smart city karena keberadaan wifi di seluruh kota Banda Aceh mulai HOTEL, sekolah, masjid, hingga warung kopi. Ini artinya masyarakat kami telah peduli dan sadar akan wisata dan kebutuhannya,” tuturnya.
Illiza yakin Aceh memiliki potensi untuk memudahkan pemerintah pusat membangun wisatanya dan berpesan agar pemerintah membantu menghilangkan stigma akan aturan yang menyulitkan wisatawan saat berkunjung ke Aceh.
Banda Aceh merupakan salah satu kota paling tua di Indonesia. Pada 22 April 2015 mendatang usianya tepat 810 tahun. Banda Aceh adalah pintu Nusantara karena letaknya sangat strategis di Selat Malaka. Banda Aceh memiliki wilayah seluas 61.36 km persegi dengan populasi 263.589 juta penduduk.
Sebagai kota tamaddun, Banda Aceh adalah pintu gerbang kebudayaan Aceh, kota tempat identitas keacehan bermula, di kota tua ini asal muasal seluruh adat dan budaya yang kini berkembang di 23 kabupaten kota. Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi kebudayaan Islam sehingga tidak ada satu budaya pun yang hidup dan berkembang di Aceh bertentangan dengan agama Islam.
Kerja sama dengan PATA
Pemkot Banda Aceh dan PATA Indonesia Chapter menandatangani MoU kerja sama untuk mempromosikan Banda Aceh sebagai World Islamic Tourism di Balairung Soesilo Soedarma, Sapta Pesona, 31 Maret 2015. Tujuan kerja sama ini adalah untuk mengembalikan sejarah kejayaan Islam masa lalu dengan membangun wisata spiritual.
PATA merupakan organisasi perjalanan dunia yang sudah berdiri sejak 1951 dan berkantor pusat di Bangkok, Thailand. Organisasi ini memiliki 1.110 pelaku industri wisata di 42 negara. Di Indonesia, organisasi ini berperan mengembangkan industri wisata dan destinasi di kawasan Asia Pasifik yang mendorong pertumbuhan berbagai destinasi wisata di Indonesia.
CEO PATA Indonesia Chapter Poernomo Siswopresetijo, menjelaskan bahwa PATA melihat Aceh memiliki potensi wisata dan syariat Islam dan itu sangat tepat untuk dipromosikan oleh PATA. Melalui kerja sama ini juga ke depan akan menyiapkan tempat pembekalan bagi jama’ah haji Indonesia sebelum berangkat Haji.
Selain itu, diupayakan pula mengembalikan Serambi Mekkah seperti masa lalu, yaitu dengan menjadikan Banda Aceh sebagai lokasi transit kapal laut yang melakukan perjalanan haji ke Mekkah, Banda Aceh sebagai miniatur Kota Mekkah di Indonesia, dan Banda Aceh sebagai tempat wisata serta study Islam di kawasan Asia Pacific. Termasuk pula meningkatkan pengembangan industri MICE di Banda Aceh dalam memajukan ekonomi masyarakatnya.
Kota dengan visi Banda Aceh Model Kota Madani akan didukung sejumlah objek wisata religi, tsunami dan heritage sehingga menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Warga Aceh juga ramah dengan tamu dengan adanya istilah “Peumulia Jamee Adat Geutanyo“ atau yang berarti memuliakan tamu adalah adat istiadat warga Aceh akan menjadi spirit membangun pariwisata Banda Aceh.
Sumber : indonesia.travel