Sedikitnya 5 ribu warga Kota Solo akan menari Gambyong bersama saat peringatan Hari Tari Dunia, Minggu (29/4). Ribuan penari terdiri dari siswi SMP dan SMA di Solo, sanggar tari, mahasiswi dan warga Solo lain.
Kegiatan yang hanya dilakukan kaum hawa ini, akan mengambil lokasi di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, tepatnya di simpang empat Pasar Pon hingga Bundaran Gladag. Penyelenggaraan kegiatan juga dilakukan pagi hari atau bertepatan dengan kegiatan car free day.
Maretha Dinar Cahyono, Kabid Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Kota Solo menjelaskan, selain memperingati Hari Tari Sedunia, kegiatan tersebut juga untuk melestarikan salah satu tarian asal Solo, membangun pengetahuan mengenai Gambyong di kalangan generasi muda dan mengeksplorasi tari Gambyong sebagai modal kultural bagi penciptaan seni dan pemajuan budaya. Serta mengeksplorasi tari tersebut sebagai modal kultural bagi pengembangan ekonomi serta pariwisata.
Hingga saat ini, Maretha menerangkan, pihaknya sudah mematangkan persiapan. Antara lain dengan latihan bersama di Stadion Sriwedari maupun di lokasi sesungguhnya. Pihaknya juga membatasi usia peserta, yakni minimal 12 tahun dan tercatat sebagai warga Kota Solo.
“Ada dua tari Gambyong yang akan ditampilkan nanti. Yakni tari Gambyong Tri WMP karya Nanik Rahayu dengan koreografer Blasius Subono dari ISI Surakarta. Yang kedua, Tari Gambyong Pareanom karya almarhum Ngaliman. Selain tari Gambyong, para penari peserta event Solo Menari juga akan menampilkan tari Pergaulan,” Jelas Maretha.
Ia menambahkan, kegiatan Solo Menari Gambyong tersebut juga akan dicatat di Rekor MURI. Selain 5 ribu peserta tersebut, imbuh Maretha, Pemkot Solo juga akan menggandeng Institut Seni Indonesia Surakarta. Sebab selama ini kegiatan tersebut saling mendukung dan melengkapi.
merdeka.com/Iamge pariwisatasolo.surakarta