“Berbagai bangsa dunia dari masa ke masa memiliki cara yang sama untuk menandai kehadirannya sebagai sebuah komunitas negara bangsa. Salah satu cara lazim adalah membuat lukisan potret pemimpinnya. Tradisi lukisan potret menjadi penanda suatu masa, sekaligus simbol kebersamaan. Naskah Negarakertagama karangan Empu Prapanca sebagai pujasastra, adalah sama posisinya dengan memori kolektif melalui penggambaran kata kata.” Demikian sambutan Imam Gunarto, Kepala ANRI, saat pemasangan lukisan Potret Presiden dan Wakil Presiden di Gedung Arsip Gajahmada Jakarta, pada Kamis 14 April 2022.
Pemasangan lukisan hibah karya Paul Hendro dari komunitas budaya Pustaka: Pusaka yang diserahkan oleh kurator Taufik Rahzen, dalam rangka Hari Seni Sedunia. Sejak tahun 2012, masyarakat internasional dan PBB merayakan International Art Day pada 15 April. Kesepakatan waktu perayaan diambil berdasarkan kelahiran Leonardo Da Vinci, pelukis yang membawa seni sebagai ekspresi kemanusiaan untuk perdamaian, pengetahuan dan kebersamaan.
Pada masanya, para pelukis istana mendapat kehormatan untuk mengabadikan profil tokoh dan peristiwa secara langsung, menggambarkan suasana serta merekam karakter kepala negara yang mewakili suasana zamannya. Beberapa negara memiliki National Potrait Gallery nya sendiri, tempat masyarakat dapat menyaksikan wajah pemimpinnya secara artistik. Galeri potret menjadi khasanah budaya sebuah bangsa.
Pelukis Dullah dan Basuki Abdullah, adalah diantara pelukis istana yang dikenal karyanya melukis kepala negara. Jika Dullah menjadi perekam setia lukis potret Presiden Sukarno, maka Basuki Abdullah merekam dari istana ke istana berbagai kepala negara dan mengembangkan gaya artistik tersendiri. Lukisan potret para pahlawan bangsa yang kita ingat dan kenal saat ini, merupakan goresan abadi Basuki Abdullah.
LUKISAN POTRET sebagai arsip bangsa
Meskipun fotografi dalam merekam peristiwa kenegaraan berkembang pesat, namun posisi lukisan potret kepala negara belum tergantikan. Lukisan potret merupakan ritus budaya yang meneguhkan ingatan bersama. Lukisan potret kepala negara yang dilukis pada masanya, merupakan arsip sebuah bangsa. Berbagai gaya dan aliran yang timbul, mencerminkan kekayaan khasanah seni pada masanya. Menjadi cara hangat masyarakat untuk mengingat pemimpinnya.
Paul Hendro (54) merupakan salah satu pelukis kontemporer bergaya realis yang setia mengambil jalan lukisan potret. Melakukan pameran terbuka pada 2020-2021 dengan tema To Build The World Anew ; tentang perjalanan diplomasi internasional Presiden Sukarno. Kegiatan yang diselenggarakan bersama ANRI dan Jaringan Kota Pusaka Indonesia pada kongres V Desember 2021. Pameran yang dikuratori oleh Taufik Rahzen, direncanakan untuk pameran keliling dalam diplomasi kebudayaan.
Sejak awal 2022, Paul Hendro pelukis realis dengan reputasi internasional, mulai merekam secara artistik perjalanan Presiden Joko Widodo sebagai keketuaan dalam G7. Posisi diplomasi internasional Indonesia terpenting dalam transisi politik global paska pandemi. Tema G20 tahun 2022, Recover Together, Recover Stronger, menjadi inspirasi pameran tahun ini.
Pemasangan lukisan potret Presiden Joko Widodo dan wakil presiden Maruf Amin di Gedung Arsip, menandai dimulainya kegiatan ini. Lukisan potret yang bersandar pada foto resmi yang dikeluarkan Sekretariat Negara, dilukis ulang secara manual.
Acara yang diselenggarakan di Gedung Arsip Gajah Mada ini, dihadiri pula oleh Direktur eksekutif JKPI Nanang Asfarinal, para seniman budayawan dan segenap pejabat teras Arsip Nasional ANRI.
Newseum Indonesia