Sungai Penuh. Sejuk dan Segar, demikian kesan Rozi,Reza,Yusuf dan Dede empat orang anggota Sanggar Seni Incung Alam Kerinci ketika diminta komentarnya tentang air serbuk daun kawo yang mereka minum bersama di Puncak Gunung Kerinci , sementara ditempat terpisah 4 orang pemangku adat di Desa Seleman mengaku Serbuk Daun Kawo hangat yang diminum pada malam hari terasa nikmat dengan rasa yang uniek dan spesifik.
Untuk pertama kali sepanjang sejarah, barangkali hanya 4 orang pendaki gunung yang mengkonsumsi Air Serbuk Daun Kawo dengan menggunakan tabung kawo dan sayak air kawo di puncak Gunung Kerinci, karena suhu/temperatur yang dingin, maka air serbuk daun kawo yang mereka rebus di Shelter 3 terasa dingin dan sejuk.
Kami sengaja membawa tabung kawo dan sayak ke atas puncak Gunung tertinggi di Pulau Sumatera, Tabung ar Kawo yang kami bawapu usianya mencapai 40 tahun, jauh diatas usia kami anggota sanggar seni Incung alam Kerinc yang melakukan pendakan ke puncak gunung Kerinci”Kata Rozi Oktavianus dan Reza Amanta Putra.
Menurut Rozy dan Reza konon menurut cerita Sebelum mengenal teh, masyarakat suku Kerinci dimasa lalu telah menggunakan Racikan Daun dari tunas tunas muda daun Kopi atau yang lebih dikenal dengan sebutan”Serbuk Daun Kawo” sebagai minuman tradisional ,dan pada masa lalu Kolonial Belanda sering menyebutkan masyarakat dikawasan ini akrab disebut”Melayu Kopi Daun”,dan pada zaman Kolonial hingga pasca kemerdekaan Teh yang dihasilkan oleh Perusahaan perkebunan Teh Kebun Kajoe Aro pada masa itu sulit untuk dikonsumsi oleh masyarakat petani mengingat teh yangdihasilkan oleh perkebunan Kajoe Aro di Eksport keluar Negeri teurtama diekpsort ke kawasan eropa dan timur tengah
Ditempat terpisah Anggota Sanggar Seni Incung – Pendaki gunung Tujuh Hendro Yohanes menyebutkan fakta sejarah mengemukakan salah satu alasan Kolonial ingin menguasai alam Kerinci karena daerah yang berada dikawasan puncak andalas Sumatera di kenal sebagai daerah subur yang sangat cocok untuk budi daya tanaman Kopi disamping tanaman Cengkeh, Teh , Casiavera dan aneka tanaman pangan..
Sejak beberapa puluh tahun terakhir tunas tunas daun kopi dipetik dan tidak dimanfaatkan oleh para petani kopi, tunas tunas muda Daun Kopi yang telah dipetik itu dibiarkan percuma dan diangggap sebagai limbah
Tunas tunas muda daun Kopi yang menempel pada batang,mesti dibuang karena jika dibiarkan akan menghambat pertumbuhan kopi dan jika pucuk pucuk daun kopi dibiarkan tumbuh akan mempengaruhi volume hasil petik buah dan mengganggu kwalitas buah biji kopi
Proses pembuatan Serbuk Daun Kawo sejak masa lalu hingga masa kini dilakukan melalui tekhnologi yang sangat sederhana melalui metode pengeringan dan melalui proses pemanasan melalui pendiangan pada bara api.dan Serbuk Daun Kawo yang diolah secara tradisional ini memiliki cita rasa dan aroma alami yang spesifik,dan secara ekonomis usaha pengolahan tunas tunas daun kopi muda menjadi serbuk daun kawo dapat membantu usaha penambahan pendapatan keluarga terutama bagi petani kopi khususnya yang berada di Kota Sungai Penuh.
Pada masa lampau masyarakat di dusun dusun menggunakan “Tabun Kawo“ dari Ruas Bambu (mirip termos) yang ditutup dengan ijuk enau sebagai media penyaring serbuk daun kawo dan dimasa lalu masyarakat menggunakan sayak (Cangkir) yang terbuat dari tempurung kelapa yang telah dibersihkan dari sabut ,disejumlah dusun dusun tradisional di Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci kalangan Masyarakat Usia lanjut (Manula) dan Petani tradisional masih mengkonsumsi Serbuk Daun Kawo,pengakuan para penikmat Serbuk Daun Kawo menyebutkan bahwa mengkonsumsi Serbuk Daun Kawo dapat mengurangi ketergantungan terhadap kopi bagi penderita hypertensi,dan dapat mencegah asam urat ,mencegah/mengurangi gejala reumatik dan dapat meningkatkan daya tahan/stamina tubuh,konon Serbuk Daun Kawo mengandung zat Anti Bodi yang dapat membantu menetralisir kadar racun kimia yang ada di dalam tubuh.
Hasil uji coba pemanfaatan Serbuk Daun Kawo yang dilakukan aktifis Sanggar Seni Incung Alam Kerinci yang dilaksanakan pada acara launcing Buku yang dihadiri Bupati Kerinci DR.H.Adirozal,M.Si dan Wakil Walikota Sungai Penuh Ardinal Salim,SE- ternyata minuman khas masyarakat Kerinci dimasa lampau sangat di minati oleh masyarakat, bahkan dikediaman rumah orang tua Bupati Kerinci di Siulak pun tradisi minum serbuk daun kawo masih dilakukan oleh masyarakat
Untuk mendaatkan air serbuk daun kawo yang segar, bugar dan mantap,maka cara penyajian yang dilakukan oleh anggota sanggar seni incung alam Kerinci adalah melalui proses penyaian sebagai berikut:
- Masukkan Serbuk Daun Kawo kedalam tabung air kawo dengan alat penyaring ijuk enau
- Didihkan air bersih layak minum sampai mendidih(90 Derajat Celcius)
- Setelah air mendidih,masukkan air kedalam tabung air kawo.
- Air panas yang telah dimasukkan kedalam Tabung air kawo yang telah di isi SDK ditutup dengan ijuk enau selama 0,5 Jam-hingga 1 Jam
- Sebelum SDK diminum terlebih dahulu siapkan sayak ( cangkir dari tempurung kelapa)
- Tuangkan air SDK dari dalam Tabung Kawo yang telah di seduh kedalam sayak
- Air Srbuk Daun Kawo siap di minum.
Catatan:
- Masyarakat di alam Kerinci pada masa lalu mengkonsumi air Serbuk Daun Kawo dengan cara menambah gula enau ( gula aren).Gula enau hanya di isap /dimakan seiring dengan menegukkan air serbuk daun kawo.
- Untuk menciptakan aroma yang khas dan sebagai penghangat tubuh gunakan Casiavera /kulit manis ukuran kecil bentuk siliender.
- Air Serbuk Daun Kawo dapat diolah menjadi beraneka cira rasa antara lain-Air Serbuk Daun Kawo Panas + Gula enau dan Air Serbuk Daun Kawo Telur + Madu( Budhi VJ)