(Menara Masjid Keramat Pulau Tengah – Kerinci)
Seniman dan budayawan alam Kerinci kelahiran Pulau Tengah Harun Pasir (70 tahun) mengemukakan bahwa pada awalnya Masjid ini beratap ijuk, dinding dan lantai merupakan lantai tebal dari kayu yang berkualitas, sedangkan pada puncak kubah terbuat dari batu. Pada tahun 1907 atap diganti dengan atap seng dan dan pada tahun 1927 atap kembali diganti dengan atap seng, pada tahun 1928 lantai mesjid diganti dengan lantai semen, mengingat usia masjid yang tua dan banyaknya papan papan dinding yang telah lapuk maka pada tahun 1930 an dinding bagian bawah diganti dengan dinding semen yang kokoh, pada tahun 1948 beberapa tiang yang keropos diganti dengan tiang tiang yang lebih kokoh, namun puncak qubah telah diganti dengan qubah dari seng, penggantian ini disebabkan qubah tersebut terjatuh dari atas puncak qubah.
Pemberian nama “ Mesjid Keramat ” dilatar belakangi oleh sejarah perjuangan rakyat Pulau Tengah dalam menentang kolonial Belanda yang dimulai tahun 1903, Masjid ini pada masa pertempuran melawan kolonial Belanda dijadikan sebagai benteng pertahanan dan tempat berlindung bagi masyarakat terutama wanita, anak anak dan orang tua tua.
Mesjid ini menjadi saksi bisu semangat heroik para hulubalang dan masyarakat Pulau Tengah dalam menentang Kolonial Belanda dan pada tahun 1939. Mesjid ini dan sebuah bangunan surau kecil selamat dari peristiwa kebakaran yang meluluh lantakkan pemukiman masyarakat yang ada di sekitar bangunan mesjid.