Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TOKO MERAH SAKISI KEPEDIHAN NASIB BUDAK BELIAN

Ada yang mencolok saat Anda menyusuri Jalan Kali Besar Timur, Jakarta Barat. Sebuah bangunan dengan dinding bata merah tampak kokoh berdiri meski telah berusia hampir tiga abad. Dahulu letak bangunan sangat strategis, berada di kawasan jantung kota asli Batavia,  dekat dengan pusat pemerintahan VOC (Stadhuis), merupakan “Central Business District Batavia”. Saat itu sungai Ciliwung adalah urat nadi lalu lintas yang ramai. Wilayah Kali Besar ini dikenal pula sebagai salah satu wilayah hunian elit di dalam kota Batavia.

Bangunan dua rumah dalam satu atap ini adalah Toko Merah yang dibangun oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff pada tahun 1730. Nama “toko merah” itu sendiri diperoleh dari kusen dan jendela yang dulunya sudah dicat merah hati dengan sedikit cat emas yang memberi nuansa ke-Tionghoa-an pada rumah ini, mengingat dulu mebelnya pun memiliki warna yang sama. Sejak tahun 1840, unsur warna khas arsitektur China “merah” mulai mempengaruh bangunan ini.

Pada saat pembangunan Toko Merah, Gustaaf yang juga mejabat sebagai Wakil Gubernur Jenderal VOC  merupakan tokoh pembaharu di berbagai bidang. Di bidang pertanian dan perkebunan Gustaaf mendatangkan petani maju dari Belanda untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan secara besar-besaran di Jawa Barat dan seputar Batavia untuk mendukung perdagangan VOC.  Di bidang pendidikan Gustaaf membuka sekolah seminari dan mendirikan Academie de Marine di Batavia.

Sementara bidang pers dan jurnalistik pihaknya yang pertamakali menerbitkan Koran di Batavia: Bataviasche Nouveles. Di bidang pos Gustaaf  mendirikan Kantor Pos pertama di Batavia. Untuk  bidang perbankan, Gustaaf sebagai perintis berdirinya Bank of Lenning, sebagai bank pertama di Batavia. Sedangkan bidang arsitektur ia mendirikan rumah tinggal yang megah (yang kemudian dikenal Toko  Merah)  dan rumah peristirahatannya Buitenzorg (Istana Bogor).

Bangunan kembar (“Toko Merah”) didirikan Gustaaf Willem Baron Van Imhoff sebagai rumah kediaman, saat dia menjabat sebagai Sekretaris II pada Hooge Regering (Pemerintahan Tertinggi)  merangkap Water Fiscaal (Kepala Urusan Pabean) pada usia 25 tahun.

Gustaaf Willem Baron Van Imhoff yang kala itu menjabat sebagai wakil Gubernur Jendral VOC menentang rencana Gubenur Jendral Adrian Valckenier untuk membunuh membunuh semua keturunan Tionghoa beserta keluarga, termasuk bayi, pasien rumah sakit, dan lanjut usia. Ia lalu ditangkap dengan tuduhan tidak patuh terhadap perintah atasan dan dikirim ke Belanda pada 1741 untuk dihukum. Namun Van Imhoff melakukan pembelaan dan direhabilitasi, bahkan ia kemudian menggantikan Valckenier yang dipenjara seumur hidup. Setelah meninggal di tahun 1751, Von Imhoff dimakamkan di Gereja Belanda di Jl. Pintu Besar Utara, tidak jauh dari kediamannya di Toko Merah.

Gedung ini juga menjadi saksi kepedihan nasib para budak belian pada saat praktek perbudakan masih berlaku di Batavia. Di tempat ini pernah dilelang sebanyak 162 orang budak belian. Tiga belas tahun kemudian, gedung ini juga dijadikan Akademi Maritim (Academiede Marine), yang selain menjadi kampus juga berfungsi sebagai asrama para kadet yang dilatih.

Bangunan “Toko Merah” dibangun di atas areal seluas 2.455 m2. Luas sebelumnya 2.472 m2 (terkena pelebaran jalan). Corak dan ciri bangunan cenderung mencontoh bangunan-bangunan di negeri Nederland, atau bergaya “Boer”. Rata-rata bertingkat dua atau tiga, letaknya saling berhimpitan, tanpa halaman depan dan samping. Kesannya polos dan kaku.

Atap bangunan menjulang tinggi dan curam sebagai penahan panas terik matahari untuk ruang di tingkat atas. Atap untuk bagian depan dibuat menjorok ke luar agar menjadi pelindung dari hujan dan panas. Pintu dan jendela berbentuk persegi panjang, berukuran besar, jumlahnya banyak.

Ada dua buah pintu masuk berukuran besar dan tinggi saat memasuki Toko Merah. Pada bagian atas pintu masuk terdapat jendela angin yang berada pada satu kusen dengan pintu. Polanya berbentuk kotak-kotak, masing-masing memiliki 30 buah kotak.

Saat ini hanya pintu masuk bangunan selatan yang berfungsi, sedangkan pintu bangunan utara terkunci mati. Kusen pintu dan jendela dicat warna merah hati. Ukuran pintu 3,05 m x 1,8 m, dengan ukuran jendela anginnya 1,9 m x 1,8 m.

Pintu masuk utama bangunan utara Toko Merah bukan pintu asli. Pintu aslinya dengan fanlight (lubang jendela di atas pintu yang bagian atasnya cenderung lengkung) dan terukir artistik dibongkar pada tahun 1901 dan dibawa ke Museum Pusat dan kini mash berada di ruang Numismatik Museum Pusat Jakarta.

Di belakang pintu masuk rumah sebelah utara terdapat sebuah pintu kedua yang menuju ke ruangan dalam, ini satu-satunya pintu dengan bagian atas berbentuk arch (busur melengkung) gaya rococo dengan hiasan plester. Pintu ini berukuran 2,38 m x 2,3 m, berdaun pintu ganda, terbuat dari kayu dan kaca, dengan bingkai kayu warna merah hati dan garis keemasan.

Ruangan dalamnya luas dan memiliki langit-langit yang tinggi. Tapi karena letaknya berhimpitan, maka bagian dalam ruangan terasa pengap, suram, dan lembab. Pada langit-langit lantai pertama terdapat beberapa lampion sebagai tanda bangunan ini pernah dimiliki oleh warga Tionghoa.

Dari depan, bangunan “Toko Merah” tampak bertingkat dua, tapi di bangunan belakangnya ternyata bertingkat tiga. Denah bangunan berbentuk huruf “H”, dan bagian depan bangunan bersatu dengan trotoar.

Kaki bangunan “Toko Merah” berdiri di atas sebuah pondasi masif berdenah persegi panjang dengan keseluruhan bagian atas kaki dilapis lantai marmer. Marmer ini berwarna putih abu-abu berukuran 75 cm x 70 cm.

Bangunan “Toko Merah” dibangun meniru gaya arsitektur Eropa, dengan paham “fungsionalisme”. Tidak menggunakan ornamen yang rumit dan berbelit-belit. Bergaya luas, tanpa pilar-pilar, sehingga memungkinkan bangunan  bisa berubah fungsi apa saja. Sebuah perpaduan bangunan Cornice House (bangunan dengan dinding muka yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) pada abad ke-18 dan atap tropis, juga memiliki parapet atas dan parapet bawah.

Toko Merah terdiri dari dua bangunan utama yang berada di bawah satu atap, bangunan sebelah utara dan sebelah selatan. Dengan adanya parapet pemisah, maka jika terjadi kebakaran tidak akan sampai menjalar ke bangunan di sebelahnya. Di lantai dasar terdapat 16 buah kamar, 8 ruang di bagian utara, 8 ruang di bagian selatan. Sementara di lantai dua, terdapat 4 buah kamar dan di lantai tiga, terdapat 5 buah kamar.

Pembagian ruang-ruang itu berfungsi sebagai ruang depan, kamar, bangsal, halaman depan, tangga, kamar belakang untuk para budak, portal, kamar tidur utama, serambi belakang, kantor, halaman belakang, gudang, serambi depan, dapur, bangunan tambahan, instal kuda, kamar kereta kuda, tempat memasang kuda.

Tembok depan bangunan  terbuat dari susunan batu bata yang tidak diplester lagi, dan baru ditambahkan pada pemugaran rumah pada tahun 1923 oleh Direksi Bank Voor Inde, karena sebelumnya tembok rumah itu dicat putih. Warna asli batu bata dicat dengan warna merah hati ayam.

Pada bagian depan bangunan “Toko Merah” ini  terpasang 10 jendela. Pada lantai dasar, terpasang 4 jendela yang mengapit dua pintu masuk. Pada lantai atas terpasang 6 jendela. Semuanya berbentuk persegi panjang,

Jendela ini menerapkan gaya abad ke-18 dan berskala monumental untuk mengimbangi ruangan-ruangan besar di dalamnya. Polanya hanya kotak-kotak. Ada 2 tipe jendela di tempat ini. Tipe pertama, sistem jendela geser ke atas. Lazim dsebut sliding sashs, dibuka tutupnya naik turun. Yang dapat digerakkan hanya jendela pasangannya di bagian bawah.Tipe kedua, sistem jendela dorong keluar. Sistem ini terdapat di ruang bawah tanah bangunan sebelah utara dan sebelah selatan.

Untuk naik ke lantai atas bangunan, tersedia 6 buah tangga, semuanya terbuat dari kayu yang terukir artistik dan dicat merah hati. Pada bangunan depan rumah bagian selatan, terpasang sebuah tangga menuju lantai atas, dengan posisi agak melingkar. Tangga ini terdiri dari tiga bagian dengan seluruh anak tangga berjumlah 24 buah.

Pada bagian belakang ruang tengah, di kiri kanan, masing-masing ada tangga dengan 20 buah anak tangga. Juga terbuat dari kayu berukir, yang terhubung dengan balkon di lantai dua. Tapi dari ukirannya jelas terlihat bahwa ukirannya bukanlah asli, melainkan dibuat pada saat gedung ini menjadi kantor pusat NV. Jacobson van de Berg. Tangga yang asli ada di Museum Pusat.

Di lantai dua gedung belakang hanya terdapat sebuah tangga dengan 8 anak tangga yang menuju lantai dua bangunan tengah. Sedangkan untuk menuju lantai tiga, baik di sebelah selatan maupun utara, terdapat sebuah tangga dengan 7 anak tangga. Dari lantai tiga, masih ada sepasang tangga menuju atap gedung dengan 17 anak tangga.

Bangunan ini memiliki tiga buah atap. Bangunan depan dan belakang memiliki atap dengan bubungan yang memanjang dari utara ke selatan. Sementara atap bangunan tengah, bubungan atapnya melintang dari timur ke barat, sekaligus merupakan atap penghubung bagi kedua atap bangunan depan dan belakang. Atap bangunan ini berbentuk atap pelana atau atap rumah kampung. (NURAKHMAYANI)

Leave a Comment

0/5

https://indonesiaheritage-cities.org/