Zurich bukan kota besar, populasinya sekitar 400.000 jiwa, namun merupakan kota terbesar di Swiss dan tak jarang orang mengiranya sebagai ibukota Swiss. Zurich dianugerahi gelar sebagai kota ternyaman di dunia untuk dihuni, ada juga yang memberinya gelar sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di dunia. Lembaga-lembaga keuangan besar di dunia berkumpul di sini.
Zurich berada di ujung baratlaut Zurichsee, danau yang bentuknya memanjang, membentang hampir 40 km sedangkan lebar maksimal sekitar 3 km. Ada berbagai desa tumbuh di sepanjang tepi danau baik di sisi utara mau pun sisi selatan, terbagi dalam tiga kanton: Zürich, St. Gallen dan Schwyz. Air danau Zurichsee yang bersih bening berasal dari gletser di pegunungan Alpen, dialirkan ke tengah kota Zurich melalui sungai Limmat.
Kota Zurich dianugerahi keindahan alam yang menakjubkan, dari danau yang biru bersih, lembah dan sungai Limmat, hingga pegunungan Alpen. Keindahan panorama alam dijaga oleh warganya agar bisa selalu dinikmati dengan membatasi ketinggian bangunan bertingkat hanya sampai 80 meter, bahkan di beberapa kawasan tidak boleh melampaui tinggi 40 meter. Di sepanjang tepi sungai disediakan trotoar yang sangat lebar dengan dermaga perahu di sana sini. Tidak boleh ada kendaraan berhenti di sisi ini, apalagi parkir. Sebagai kota danau dan sungai, pengelolaan kota Zurich layak menjadi rujukan bagi berbagai kota sungai dan danau di Indonesia agar menjadi kota yang bersih, nyaman dihuni sehingga nyaman juga dikunjungi wisatawan.
Pavillon Le Corbusier merupakan mahakarya terakhir maestro Le Corbusier, “Gesamtkunstwerk” – atau “karya seni total” – diselesaikan pada tahun 1967 ini adalah satu-satunya bangunannya yang seluruhnya terbuat dari kaca dan baja. Dengan bangunan berwarna-warni di tepi Danau Zurich ini, Le Corbusier mewujudkan konsep sintesis arsitektur, kehidupan, dan seni dalam kehidupan nyata. Paviliun pameran dirancang seluruhnya sesuai dengan sistem Modulor, skala proporsi antropometrik yang dirancang oleh Le Corbusier berdasarkan tubuh manusia dan golden ratio.
Altstadt atau Kota Tua adalah bagian kota Zurich yang paling menarik, terbelah oleh sungai, sehingga warga menyebut area Kota Tua sebagai Kanan Limmat dan Kiri Limmat.
Kiri Limmat atau Limmat Barat
Jika tiba di Zurich menggunakan kereta api, penjelajahan bisa langsung dilakukan dengan berjalan kaki dari stasiun kota (Zurich Hauptbahnhof). Jalan Stasiun (Bahnhofstrasse) sebagaimana area stasiun di seluruh dunia, selalu dipenuhi pejalan kaki. Namun tidak seperti di Indonesia, di sepanjang 1,4 km jalan stasiun menuju danau ini justru terdapat berbagai toko rumah mode terkenal di dunia, bank-bank termasyhur, dan toko barang mewah lain seperti Rolex, Bally, dll. Bagi sebagian kaum, Zurich adalah surga dunia belanja, harganya wajar, tidak keterlaluan seperti di tanah air.
Sebelum ke danau, ada baiknya belok dan naik sebentar ke Lindenhof, kawasan hijau bekas kastil bangsa Romawi kuno. Dari kawasan ketinggian yang romantis ini banyak yang menikmati udara bersih dan segar serta pemandangan indah kota tua dengan balai kota dan danaunya.
Masih di Banhoffstrasee, terdapat alun-alun Paradeplatz, kafe Sprüngli ada di sini, sebuah kafe yang menjadi terkenal di dunia karena sajian Luxemburgerli. Berbeda dengan hamburger, luxemburger mini adalah kue. Banyak warga dunia yang menikmati aneka coklat dan kue yang ditawarkan, bisa juga dinikmati hanya melalui etalasenya.
Tepian kiri sungai Limmat dihiasi gedung-gedung cantik, ada Gereja Fraumuenster sebuah gereja bekas biara wanita dari abad ke-9. dengan jendela-jendela menawan karya Marc Chagall. Di depannya adalah alun-alun Münsterhof dikelilingi bangunan abad pertengahan yang hadir sejak 1881.
Gereja St. Peter, merupakan gereja paroki tertua yang menaranya menonjolkan keahlian orang Swiss: jam gadang berdiameter 8,7 meter, terbesar di benua Eropa.
Di sudut danau Zurichsee antara Quiabruecke dan Talstrasse terdapat dermaga feri yang dilengkapi bangku-bangku. Merpati, angsa dan bebek bebas berkeliaran di sini, banyak orang duduk-duduk sembari menikmati segala aktivitas di sekitar danau.
Menyeberangi sungai Limmat yang bersih bening melalui jembatan Munsterbrucke, menuju sisi kanan kota tua Zurich seraya menikmati panorama sungai dan danau, .
Kanan Limmat atau Limmat Timur
Grossmünster dan menara kembarnya yang menjadi salah satu landmark Zurich berada di ujung jembatan. Pada paruh pertama abad ke-16, merupakan titik awal Reformasi Swiss-Jerman yang dipimpin oleh Huldrych Zwingli dan Heinrich Bullinger. Jendela kacanya karya Sigmar Polke, dengan ruang bawah tanah bergaya Romawi, jendela koor karya Augusto Giacometti, pintu perunggu karya Otto Münch, dan Museum Reformasi, itu semua yang menarik di sini. Perguruan tinggi teologi yang kemudian digabungkan dengan biara melahirkan apa yang sekarang menjadi Universitas Zürich. Salah satu dari dua menara, Karlsturm, dibuka agar pengunjung setelah menapaki 187 anak tangga bisa menikmati pemandangan kota Zurich.
Di sisi kiri Grossmunster terdapat kawasan pejalan kaki, promenada Niederdorf dengan jalan batu yang panjang dipenuhi kafe dan restoran yang tak terhitung jumlahnya. Di sini ada kawasan belanja yang lebih murah dibanding di Banhofstrasse, Doerfli, yang merupakan kawasan gang senggol dengan bermacam toko serta rumah makan dari berbagai bangsa.
Balai kota (Rathaus) dibangun pada akhir abad ke-17, interior dan fasadenya tetap terpelihara baik. Bangunan tiga lantai bergaya Barok ini dipercantik dengan lengkungan dan relief; ada banyak ukiran di interior Rathaus, lampu gantung kristal berukuran besar menghiasi setiap aula, langit-langitnya dihiasi motif bunga dengan latar belakang merah dan emas, lebih mirip istana daripada kantor administrasi.
Bangunan indah bersejarah lain adalah Zunfthaus zur Zimmerleuten atau rumah kelompok tukang kayu dari tahun 1156, kelompok para ahli tukang kayu ini berkembang menjadi kelompok berbagai profesi yang sangat disegani karena berperan penting dalam perkembangan ekonomi dan kehidupan sosial budaya hingga kini, Zurich Guilds. Ada 26 guilds masing-masing dengan peran dan sejarah uniknya sendiri.
Wasserkirche atau Gereja Air berada di sungai Limmat, dibangun di atas pulau kecil di mana, menurut legenda, para martir kota dieksekusi oleh tentara Romawi. Gereja Gotik ini dulu dianggap sangat suci sehingga di era Reformasi disebut sebagai “kuil penyembah berhala”. Gereja ini sekarang digunakan untuk tujuan keagamaan dan budaya, jendela karya Augusto Giacometti menampilkan perbedaan kehidupan Yesus dengan kehidupan manusia modern.
Predigerkirche awalnya berupa biara yang didirikan oleh dua biarawan pada tahun 1231, kemudian dikembangkan menjadi gereja dan pada abad 14 menjadi bangunan bergaya Gotik yang menjadi landmark kota, namun pada era reformasi gereja ini dihancurkan. Pada awal abad 17 dibangun kembali dengan gaya Barok dengan menara lonceng tertinggi di kota setinggi 97 meter dan jadilah sala satu landmark di Swiss yang kita kenal sekarang. Gereja ini memiliki arsip musik yang luar biasa, menyimpan koleksi terbesar karya Wagner. Ada dua organ dan satu piano di Predigerkirche.
Gedung opera di alun-alun Sechseläutenplatz merupakan bangunan bergaya neo-barok, juga pernah dilanda kebakaran dan dibuka kembali pada tahun 1891. Gedung Opera di tepi Danau Zurich ini telah memukau penonton dengan mahakarya dari dunia opera, balet, dan musik klasik, gedungnya sendiri merupakan salah satu permata arsitektur Zurich.
Masih banyak lagi tempat-tempat menarik di Zurich, yang tercantum di atas itu yang umum direkomendasikan oleh berbagai situs perjalanan. (dari berbgai sumber)