Kabupaten Bangka Barat terkenal dengan sebutan negeri seribu kue yang secara resmi dinobatkan oleh Museum Record Indonesia (MURI). Beberapa nama yang menjadi ikon dan paling dicari pembeli antaralain: kue tompek selong, kue pelite, kue rangai, kue telok terubok dan bermacam jenis kue tradisional lainnya.
Seribu macam kue hadir sehari-hari dan untuk melestarikannya Kabupaten Bangka Barat menyertakannya dalam berbagai acara tradisional mau pun nasional. Ada tigapuluhan events dalam kalender acara 2023, mulai dari acara tahunan komunitas, tradisi adat istiadat, kontes, festival, dan pagelaran.
Tragedi Perang Dunia II yang diperingati setiap bulan Februari, di Muntok, melibatkan komunitas veteran dan keluarga korban Perang Dunia II dari Australia, Inggris dan Selandia Baru.
Pada pertengahan Februari 1942 di Selat Bangka terjadi peristiwa pengeboman sejumlah kapal laut Australia oleh tentara Jepang yang mengakibatkan lebih dari 4.000 orang meninggal dunia. “Muntok adalah kota tua dengan sejarah panjang, sejarah Perang dunia ke 2 di Pantai Raji, Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai tempat pengasingan tokoh kemerdekaan bangsa,” ujar Muhammad Soleh, Sekda Bangka Barat kepada wartawan Antara.
Perayaan Budaya Cap Go Meh digelar meriah dengan barongsai dan tanjidor di Kelenteng Kong Fuk Miau yang dibangun tahun 1800 pada masa Mayor Tan Jin Men. Berdampingan dengan kelenteng, berdiri Masjid Jami Muntok, mesjid tertua di Bangka Barat, dibangun pada 1882 oleh Sultan Muhammmad Ali yang bergelar Tumenggung Kartanegara II. Dalam menyambut Ramadhan akan diselenggarakan Pesta Adat Perang Ketupat Tempilang. Ada pula acara 3000 Lampu Culok dan Pawai Obor Daya Baru.
Ceriak Nerang Kundi merupakan acara tradisi kampung Kundi, Bangka Barat setiap bulan Februari. Seluruh warga kampung mengarak perahu kecil berkeliling kampung sampai ke hutan terdekat. Sepanjang perjalanan warga bersorak-sorak riuh diiringi alat musik gendang dan gong.
Sumber: Antara, Warisan Budaya Takbenda, Masjid Jami’ & Klenteng Kong Fuk Miau, Mercusuar dan Pantai jadi Saksi Perang Dunia II, Australian Nurse Survived Massacre