Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Little Netherland di Semarang


Setelah terjadi perjanjian antara Kerajaan Mataram di bawah Amangkurat II dengan VOC pada tahun 1678, VOC memilih area di dekat pusat kabupaten Semarang dan Kali Semarang sebagai tempat permukiman para pimpinan, pegawai, serta serdadu VOC untuk mengawasi pemerintahan Mataram dan aktivitas perdagangan di Laut Jawa. Kawasan yang dikelilingi benteng ini dikembangkan dengan berbagai fasilitas seperti balai kota, pertokoan, perumahan dan barak militer.
Sekitar dekade ke-3 abad ke-19, benteng VOC ini diruntuhkan untuk perluasan area permukiman. Kini kawasan kota benteng yang dibangun oleh VOC ini disebut Kota Lama atau “De Oude Stad”, dan Pemerintah Kota Semarang berusaha untuk melindungi dan mengembangkan kota ini sebagai asset pariwisata budaya, karena posisinya yang unik dan menarik sebagai suatu warisan budaya dan atraksi pariwisata.

Benteng yang mengelilingi Oude Stad, dikenal sebagai Vijfhoek (Pentagon), dilengkapi kanal, bastion dengan tiga pintu gerbang. Salah satu lokasi pintu benteng yang masih ada saat ini berada di jembatan, atau burg dalam bahasa Belanda, yang kemudian menjadi namanya menurut lidah pribumi: Jembatan Berok.
Lokasinya yang terpisah dengan lanskap mirip kota di Eropa serta kanal yang mengelilinginya membuat kawasan Kota Lama dijuluki sebagai Little Netherland. Di kawasan seluas 31 hektar ini sekurangnya terdapat sekitar 50 bangunan tua menampilkan berbagai gaya arsitektur, seperti barok, gothic, dan art deco. Ada Schouwburg, gedung teater Marabunta, dibangun pada pertengahan abad ke-19. Di jalan De Heerenstraat (Jl. Letjen. Suprapto), ada berbagai rumah dan kantor: landraad (Pengadilan Negeri), N.V. Goud en Zilversmederij (toko perhiasan), Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden dan Mirandole Voûte & Co. (dua perusahaan perkebunan tebu, tembakau, dan kopi tahun 1888), Nederlandsche Handel Maatschappij, Hotel Jansen (hotel Eropa pertama di Semarang ), dan toko alat musik Seelig & Son. Di Oudstadhuis straat (Jl. Branjangan) ada kantor percetakan & penerbitan G.C.T. Van Dorp & Co.

Gereja Immanuel

Nederlandsch Indische Kerk adalah nama resmi saat landmark Kota Lama Semarang ini dibangun. Kubah besarnya yang berlapis perunggu merah bata tampak menggelembung, atau mblenduk dalam bahasa Jawa, membuatnya lebih populer dengan nama Gereja Blenduk. Gereja Protestan tertua di Jawa Tengah ini dibangun oleh komunitas Belanda pada tahun 1753. Pada tahun 1894 direnovasi dan ditambahkan dua menara di depan bangunan.

Taman Srigunting

Di sisi timur Gereja Blenduk, terdapat taman yang tertata rapi dan indah, Taman Srigunting, yang merupakan salah satu destinasi populer di Kota Lama. Taman ini semula adalah sebuah lapangan untuk kegiatan serdadu VOC, parade plein, berubah menjadi taman sejak tahun 1980 dan berkembang menjadi ruang terbuka hijau dengan berbagai fasilitas umum, seperti sumur artesis, tugu reklame, dan gazebo untuk bermain musik.

Gedung Jiwasraya

Bangunan megah rancangan arsitek Herman Thomas Karsten ini berlokasi di seberang Gereja Blenduk, dibangun sekitar tahun 1916 merupakan bangunan modern pertama di Semarang. Bekas kantor Maskapai Asuransi Jiwa Hindia Belanda Nillmij ini disebut-sebut sebagai bangunan pertama di pulau Jawa yang menggunakan lift.

3D Trick Art Museum

Museum ini sangat berbeda dari museum lain yang kita kenal. Di dalam museum dipamerkan aneka karya seni 3 dimensi yang atraktif untuk berfoto. Tema atau instalasi karya seni diganti setiap 3 bulan sehingga pengunjung bisa datang berkali-kali tanpa bosan, ada 108 background foto 3 dimensi dengan berbagai tema. Ada yang bertema tradisional, wisata khas Semarang, ikon wisata dunia, sudut kota-kota dunia, kartun, film, lukisan, dan banyak lainnya.

Pasar Klitikan

Di dalam Galeri Industri Kreatif di Gedung Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), belakang Gereja Blenduk terdapat sebuah pasar unik, Pasar Klitikan, sebuah pasar yang menjajakan barang-barang antik seperti kamera, guci, buku-buku, keris hingga uang kuno.

Semarang Contemporary Art Gallery

Galeri seni kontemporer ini, menempati gedung tua dua lantai tidak jauh dari Taman Srigunting. Pada tahun 1822 di lokasi ini adalah tempat tinggal Pastur L. Prinsen dan tempat ibadah umat Katolik sebelum ada Gereja, kemudian diruntuhkan pada tahun 1918 dan dibangun kembali dengan gaya arsitektur Spanish Colonial. Pada tahun 1937 tercatat menjadi kantor perusahaan asuransi pertama di Indonesia, De Indische Lloyd, milik Oei Tiong Ham.
Pada tahun 2007, Chris Dharmawan, seorang kolektor dan filantropi di bidang seni, melakukan konservasi dan menjadikannya sebagai galeri seni pada tahun 2008.

Gedung H. Spiegel

Di zaman kolonial gedung ini adalah Toko NV Winkel Maatschappij “H Spiegel” yang dibangun pada 1895, menjual berbagai barang mulai dari pakaian dari merk-merk ternama hingga dekorasi rumah seperti lampu minyak buatan Amerika. Arsitekturnya terpengaruh gaya Spanish Collonial. Nama Spiegel yang sempat memudar dimakan zaman, kini terpampang jelas dan besar di ketiga sisi gedung yang berada di pojok perempatan jalan.

Gedung Marba

Dibangun pada pertengahan abad ke-19 gedung berlantai dua ini dibangun dan dimiliki oleh seorang saudagar kaya dari Yaman yang bernama Marta Badjunet, kemudian diwariskan kepada anaknya, Marzuki Bawazir. Pada awalnya digunakan sebagai kantor Ekspedisi Muatan Kapal Laut dan toko dagang De Zeikel.
Gedung Marba memakai dekorasi dengan ornamen khas Hindia Belanda, dengan bentuk simetri pada setiap kolom dan jendela. Kolom ditata rapi mengikuti pola 1:2:3 dengan corak renaisans. Bagian jendela dibuat dengan perbandingan matematika yang memanfaatkan rasio emas.

Sejak tahun 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Kota Semarang Lama sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional terdiri dari empat situs yang mewakili perjalanan sejarah Kota Semarang sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20. Empat situs ini adalah Kampung Kauman, Kampung Melayu, Kampung Pecinan, dan Oude Stad yang menjadi wilayah tempat tinggal orang Eropa.

Sumber: Wikipedia , nativeindonesia.com, visitjawatengah.jatengprov.go.id, seputarsemarang.com, gustiyenifamtrip.com, kebudayaan.kemdikbud.go.id

 

Leave a Comment

https://indonesiaheritage-cities.org/