Menyambut hari jadi TNI yang ke 67, pada 5 Oktober mendatang kami tampilkan kilas balik cikal bakal berdirinya TNI berikut ini.
Bangunan bercat krem di Jalan Jenderal Sudirman nomor 35, Bogor tersebut tetap kokoh berdiri meski usianya sudah lebih dari dua abad. Bangunan ini adalah Museum PETA (Pembela Tanah Air) yang dibangun pada tahun 1745 oleh tentara KNIL dengan gaya bangunan Eropa (Inggris). Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda G.W. Baron van Inhoff, bangunan ini merupakan tempat latihan sekaligus tempat peristirahatan para tentara KNIL, ajudan dan pengawal Gubernur Jenderal Belanda G.W. Baron van Inhoff. Karena itu lokasi bangunan ini tak jauh dari Istana Bogor, terletak sekitar 700m dari Istana Bogor.
Ketika Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, bangunan ini pun berpindah tangan ke tentara Jepang. Pada tahun 1943 gedung ini digunakan sebagai pusat pelatihan pasukan tanah air (walaupun masih di bawah kontrol Jepang). Namun di kemudian hari pasukan PETA sering mengadakan perlawanan ke pihak jepang dan PETA ini lah yang akhirnya menjadi salah satu cikal bakal satuan yang bersatu membentuk BKR (lalu TKR dan lalu TNI) .
Tentara PETA merupakan tentara kebangsaan yang oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kebangsaan Tanah Air saat itu dipersiapkan untuk menjadi tentara kebangsaan Negara Indonesia Merdeka. Di Kota Bogor inilah pertama kali diselenggarakan pembentukan taruna-taruna yang kemudian melahirkan perwira-perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, Tentara Kebangsaan Indonesia. Di bumi prajurit Pabaton Bogor inilah telah dibangkitkan jiwa keprajuritan kebangsaan Indonesia yang menggerakan setiap perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air untuk dikemudian hari berperan didalam gerakan persiapan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Kota Bogor inilah dahulu yang menjadi pusat latihan tentara yang bernama Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa). Sehingga pada tanggal 19 Oktober 1995, melalui surat keputusan DPRD Kotamadya Tingkat II Bogor Nomor.3/kep/DPRD/1995 telah menetapkan Bogor sebagai Kota Pembela Tanah Air (PETA).
Pembangunan monumen dan Museum PETA (Pembela Tanah Air) atas prakarsa YAPETA (Yayasan Pembela Tanah Air) yang bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada mantan tentara PETA dan kontribusinya pada pendirian bangsa dan negara ini. Disamping untuk memberikan gambaran perjuangan kemerdekaan Indonesia dan persiapan dalam mengisi kemerdekaan tersebut. Luas monumen dan museum PETA sendiri sekitar 1 hektar. Berdiri di sekelilingnya adalah pusat pelatihan ZENI untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai kemiliteran.
Persiapan pendirian museum dimulai pada tanggal 14 Nopember 1993 dengan peletakan batu pertamanya oleh Wakil Presiden RI, yang juga sesepuh YAPETA, yaitu Bapak Umar Wirahadikusumah. Museum ini sebelumnya membaur dengan komplek zeni. Gedung ini diresmikan sebagai Museum yang didedikasikan untuk para prajurit PETA pada tanggal 18 Desember 1995 oleh H. M. Soeharto (Presiden RI ke II) juga sebagai mantan Perwira PETA angkatan I.
Didepan pintu masuk, Anda akan disambut relief/monumen yang berada disisi kanan kiri Anda. Relief ini menceritakan dari awal terbentuknya tentara PETA dan terjadinya pertempuran tentara PETA melawan Penjajah.Koleksi patung, perlengkapan perang, meriam, dan senjata lainnya.
Sementara saat Anda memasuki ruangan museum Anda akan melihat beberapa koleksi. Diantaranya koleksi pistol, senapan, bayonet, teropong yang digunakan tentara PETA untuk melawan Jepang. Selain itu terdapat pula foto-foto mantan PETA, pertempuran melawan Belanda, pimpinan APRI 15 Februari 1947, Perang Gerilya Jenderal Sudirman, Longmarch Divisi Siliwangi.
Selain itu juga terdapat diorama sebanyak 14 buah yang menggambarkan peristiwa/kegiatan yang dilakukan tentara PETA, yaitu:
Diorama 1 : Kesepakatan tokoh-tokoh Bangsa Indonesia untuk mengupayakan berdirinya tentara PETA (1943)
Diorama 2 : Kegiatan Latihan Di Pusat Pendidikan Perwira Pembela Tanah Air Bogor (1943)
Diorama 3 : Pembentukan Batalyon-Batalyon PETA di Daerah Jawa, Madura Dan Bali (1944)
Diorama 4 : Pemberontakan PETA di Blitar (14 Pebruari 1945)
Diorama 5 : Tipu Muslihat Katagiri Butaicho (Jepang) Terhadap Syodancho Muradi (15 Pebruari 1945)
Diorama 6 : Peristiwa 16 Agustus 1945 di Kompi Pembela Tanah Air (PETA) Rengasdengklok
Diorama 7 : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 di Jln. Pegangsaan Timur 56, Jakarta
Diorama 8 : Badan Keamanan Rakyat (BKR) Cikal Bakal TNI (22 Agustus 1945)
Diorama 9 : Peristiwa Rapat Raksasa 19 September 1945 di Lapangan IKADA, Jakarta
Diorama 10 : Peristiwa Serbuan Osha Butai Kota Baru oleh Pasukan BKR Yogyakarta (Oktober 1945)
Diorama 11 : BKR Malang merintis Matra Kedirgantaraan dalam Pembentukan Kekuatan Bersenjata Indonesia (Oktober 1945)
Diorama 12 : Pemindahan Markas Angkatan Darat Jepang Di Jawa Timur Ke Tangan Bangsa Indonesia (Oktober 1945)
Diorama 13 : Ambarawa Dan Lahirnya Hari Infantri TNI-AD (Angkatan Darat) (15 Desember 1945)
Diorama 14 : Pemilihan Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (12 November 1945)
Di dalam museum, ada beberapa artikel dan poster yang berupa ajakan bagi para pemuda untuk bergabung dalam tentara PETA, salah satunya adalah judul artikel yang dimuat di Majalah DJAWA BAROE di tahun 1944, yang bertuliskan “Bangkitlah oentoek Membela Tanah Air!”.
(NURAKHMAYANI)